Gambar beberapa mayat anak-anak di pantai kembali mengingatkan bahwa krisis migran Eropa hari demi hari menghancurkan kehidupan dan keluarga.
Gambar-gambar hari Sabtu itu mengingatkan kembali foto Aylan Kurdi yang berusia 3 tahun, yang tewas dengan wajah tertelungkup di pantai Turki tahun lalu. Kisahnya menunjukkan krisis pengungsi Suriah kepada dunia, memicu banyak pihak mengambil tindakan lebih serius terhadap penderitaan akibat perang di Timur Tengah dan perjalanan berbahaya yang ditempuh banyak orang untuk mencari tempat yang lebih aman di Eropa.
Sebaliknya, gambar-gambar yang meluluhkan hati hari Sabtu itu tidak terlalu mendapat banyak tanggapan, yang bisa jadi menunjukkan meningkatnya rasa lelah melihat laporan tidak berakhir tentang penderitaan para migran itu, meskipun jumlah orang yang tewas di laut terus meningkat. Direktur Human Rights Watch Urusan Darurat Peter Bouckaert kepada Associated Press mengatakan “sejauh ini bulan Januari adalah bulan yang paling banyak menelan korban jiwa akibat tenggelam dalam perjalanan dari Turki menuju Yunani.” Ditambahkannya, “hampir setiap hari, lebih banyak orang yang tenggelam ketika melakukan perjalanan yang berbahaya ini.”
Wartawan yang tiba di lokasi berusaha mewawancarai sekitar 75 migran yang selamat, tetapi polisi membawa mereka dengan bis ke rumah-rumah sakit setempat guna mendapat perawatan karena hipotermia dan luka-luka lain. Beberapa lainnya dibawa ke kantor polisi untuk diinterogasi.
Seorang pejabat pemerintah Turki mengatakan hingga Sabtu siang, tim SAR telah menemukan beberapa mayat yang terperangkap di dalam puing-puing kapal sepanjang 17 meter itu, yang tenggelam tak lama setelah berlayar dari resor Ayvacik, Turki. Hingga laporan ini disampaikan sedikitnya 37 orang tewas, termasuk 10 anak-anak, di mana empat diantaranya adalah bayi berusia 1-2 tahun. [em]