Sekelompok legislator Peru pada Rabu (25/1) mengajukan mosi yang berupaya untuk memakzulkan Presiden Dina Boluarte dengan alasan “ketidakmampuan moral permanen.” Boluarte baru sekitar sebulan ini berkuasa.
Upaya menyingkirkan Boluarte berlangsung di tengah-tengah protes kekerasan, menyusul pemakzulan dan penangkapan pendahulunya, Pedro Castillo, bulan lalu. Puluhan orang telah terbunuh dalam protes tersebut.
Mosi tersebut, yang salinannya dilihat oleh Reuters, ditandatangani oleh 28 anggota Kongres berhaluan kiri yang mendukung Castillo. Minimum 20%, atau 26 penandatangan, diperlukan untuk mengajukan mosi.
Mosi itu kini harus disetujui oleh 52 suara sebelum dapat diperdebatkan di Kongres, di mana mosi itu harus mendapatkan dukungan dari dua per tiga anggota majelis.
“Belum pernah dalam sejarah Peru, ada pemerintah yang dalam waktu begitu singkat – sebulan berkuasa – yang membunuh lebih dari 40 orang dalam protes,” kata mosi itu, seraya menuduh Boluarte membiarkan penyalahgunaan dan penggunaan kekuatan yang berlebihan, di antara beberapa tuduhan lainnya.
Kantor Boluarte tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Ia menyalahkan Castillo, yang sedang dalam tahanan prapersidangan, karena mendorong polarisasi politik selama hampir 17 bulan berkuasa.
Pada hari Selasa, Boluarte menyerukan “perdamaian politik.” Ia juga menuduh para pedagang narkoba dan yang lainnya yang memicu kekerasan di jalan-jalan.
Kantor ombudsman Peru mengatakan adalah lebih dari 90 blokade di berbagai penjuru negara itu pada hari Rabu dan satu orang tewas di kota Cusco.
Sedikitnya 47 orang tewas, di antaranya seorang polisi, dalam bentrokan sejak protes dimulai pada bulan Desember, menurut kantor presiden. Ratusan lainnya luka-luka.
Berbagai organisasi HAM menuduh polisi dan tentara menggunakan kekuatan berlebihan, termasuk peluru tajam dan menjatuhkan gas air mata dari helikopter.
Pasukan keamanan mengatakan para demonstran, kebanyakan di Andes, bagian selatan Peru, menggunakan senjata dan bom rakitan. [uh/ab]
Forum