Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan jumlah negara-negara yang terlibat “konflik kekerasan” saat ini adalah yang tertinggi dalam 30 tahun, meskipun jumlah orang yang tewas dalam konflik melonjak sepuluh kali sejak tahun 2005.
Guterres menambahkan jumlah “situasi kekerasan” yang dapat diklasifikasikan sebagai perang, berdasarkan jumlah korban, telah meningkat tiga kali sejak tahun 2007.
Dalam konferensi pers di Oslo, Norwegia, Guterres mengatakan “konlik dengan intensitas rendah” naik hingga 60% sejak tahun 2007. Namun tidak memberi rincian angkanya.
“Pencegahan jauh lebih penting dibanding sebelumnya,” ujar Guterres, dan menambahkan “mediasi menjadi instrument yang sangat fundamental dalam tindakan kami.”
Guterres, yang menghadiri pertemuan tentang perdamaian, mengatakan selain konflik di kawasan, terorisme global merupakan jenis perjuangan baru yang ‘’dapat terjadi kapan saja.”
Diskusi panel tahunan tentang perdamaian – atau dikenal sebagai “Forum Oslo” – juga dihadiri oleh para pemimpin dari Somalia, Aljazair, Yordania, Oman dan Tanzania. Utusan Gedung Putih Urusan Perang Melawan ISIS juga ikut hadir.
Komisariat Tinggi PBB urusan Pengungsi UNHCR mengatakan hampir 69 juta orang melarikan diri dari perang, aksi kekerasan dan persekusi, terpaksa mengungsi tahun lalu; angka yang merupakan rekor.
Dalam “Laporan Tahunan Trend Global” yang dipublikasikan hari Selasa (18/6), Komisaris Tinggi PBB Urusan Pengungsi mengatakan terus berlanjutnya krisis di tempat-tempat seperti Sudan Selatan dan Kongo, juga eksodus warga Muslim-Rohingya dari Myanmar yang dimulai sejak tahun lalu, telah meningkatkan jumlah warga yang terpaksa mengungsi pada tahun 2017 menjadi 68,5 juta orang.
Selasa siang Guterres mengadakan pertemuan dengan Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg. Negara itu sedang melobi untuk menduduki kursi anggota tidak tetap di Dewan Keamanan PBB pada periode 2021-2022. Berbagai topik dibahas, antara lain soal kondisi laut yang digambarkan Guterres sebagai “semrawut.”
Dalam konferensi pers dengan Solberg, Guterres mengatakan 80 juta ton plastik dibuang ke laut setiap tahun. Ditambahkannya, PBB akan mengeluarkan “rencana melawan” sampah laut ini pada September mendatang, dengan mengatakan “merupakan tanggung jawab kolektif” untuk melakukan sesuatu.
Laut menghadapi ancaman sampah plastik, penangkapan ikan ilegal, naiknya permukaan air laut yang bisa menenggelamkan pulau-pulau kecil dan meningkatkan keasaman air laut, yang membunuh kehidupan laut. [em/al]