Beberapa tim forensik di Kenya menggali reruntuhan pusat perbelanjaan yang sebagian runtuh di Nairobi, untuk mencari korban yang lebih banyak lagi dalam serangan kelompok militan Somalia, al-Shabab.
Palang Merah Kenya hari Kamis mengatakan 61 orang belum ditemukan dari pengepungan empat hari di Westgate Mall. Angka resmi korban jiwa akibat serangan itu kini 72.
Sementara itu, al-Shabab telah mengulangi ancamannya bahwa kekerasan akan terus berlanjut sampai pasukan Kenya meninggalkan Somalia – tuntutan yang telah ditolak oleh Kenya.
Dalam pesan Twitter Rabu malam, pemimpin kelompok itu, Moktar Abu Zubayr alias Godane, mengatakan Kenya harus siap dengan “pertumpahan darah” dan “ambruknya perekonomian.”
Godane juga mengutuk negara-negara Barat yang mendukung penyusupan Kenya ke Somalia.
Pasukan Kenya masuk ke Somalia dua tahun yang lalu untuk membantu memerangi al-Shabab, yang selama ini berusaha untuk mengubah Somalia menjadi negara Islam.
Hari Kamis (26/9), al-Shabab mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan dua orang di Mandera, kota dekat perbatasan Kenya-Somalia. Sebelumnya hari Rabu, sedikitnya satu orang tewas dalam serangan terpisah di kota Majir.
Presiden Kenya Uhuru Kenyatta dalam pidato kepada bangsanya Selasa 11 September lalu mengatakan, para tersangka telah ditangkap tapi nama-namanya belum diumumkan.
Sementara itu, warga Kenya mulai merasa frustrasi dengan kurangnya informasi resmi pemerintah tentang serangan itu.
Insinyur Ahmed Agil mengatakan banyak pertanyaan yang harus dijawab.
“Pertanyaannya adalah berapa banyak orang-orang (militan bersenjata, red.) ini ? Kita masih belum tahu. Bagaimana mereka bisa berhasil masuk? Mengapa diperlukan waktu yang begitu lama?" tanya Agil.
Pemerintah mengatakan penyidik sedang menyelidiki tempat kejadian, dan akan melakukan analisa forensik untuk menentukan siapa sebenarnya yang terlibat dalam serangan itu, dan mengidentifikasi korban yang masih terkubur di reruntuhan .
Palang Merah Kenya hari Kamis mengatakan 61 orang belum ditemukan dari pengepungan empat hari di Westgate Mall. Angka resmi korban jiwa akibat serangan itu kini 72.
Sementara itu, al-Shabab telah mengulangi ancamannya bahwa kekerasan akan terus berlanjut sampai pasukan Kenya meninggalkan Somalia – tuntutan yang telah ditolak oleh Kenya.
Dalam pesan Twitter Rabu malam, pemimpin kelompok itu, Moktar Abu Zubayr alias Godane, mengatakan Kenya harus siap dengan “pertumpahan darah” dan “ambruknya perekonomian.”
Godane juga mengutuk negara-negara Barat yang mendukung penyusupan Kenya ke Somalia.
Pasukan Kenya masuk ke Somalia dua tahun yang lalu untuk membantu memerangi al-Shabab, yang selama ini berusaha untuk mengubah Somalia menjadi negara Islam.
Hari Kamis (26/9), al-Shabab mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan dua orang di Mandera, kota dekat perbatasan Kenya-Somalia. Sebelumnya hari Rabu, sedikitnya satu orang tewas dalam serangan terpisah di kota Majir.
Presiden Kenya Uhuru Kenyatta dalam pidato kepada bangsanya Selasa 11 September lalu mengatakan, para tersangka telah ditangkap tapi nama-namanya belum diumumkan.
Sementara itu, warga Kenya mulai merasa frustrasi dengan kurangnya informasi resmi pemerintah tentang serangan itu.
Insinyur Ahmed Agil mengatakan banyak pertanyaan yang harus dijawab.
“Pertanyaannya adalah berapa banyak orang-orang (militan bersenjata, red.) ini ? Kita masih belum tahu. Bagaimana mereka bisa berhasil masuk? Mengapa diperlukan waktu yang begitu lama?" tanya Agil.
Pemerintah mengatakan penyidik sedang menyelidiki tempat kejadian, dan akan melakukan analisa forensik untuk menentukan siapa sebenarnya yang terlibat dalam serangan itu, dan mengidentifikasi korban yang masih terkubur di reruntuhan .