Sebuah studi internasional memperlihatkan peningkatan tren dukungan untuk menerima suntikan vaksin COVID-19 di beberapa negara dibandingkan dengan pada akhir tahun 2020, dengan lonjakan terbesar di Inggris dan Swedia.
Perusahaan komunikasi multinasional Kekst CNC, Senin (1/3) mempublikasikan hasil survei yang dilakukan di enam negara: Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, Swedia dan Amerika Serikat.
Jajak pendapat tersebut menunjukkan 89 persen orang Inggris mendukung vaksinasi COVID-19, dibandingkan dengan 65 persen pada September lalu.
Di Swedia, 76 persen responden mendukung vaksinasi, dibandingkan dengan 51 persen pada bulan September 2020.
Studi memperlihatkan bahwa 68 persen laki-laki di seluruh dunia mendukung vaksinasi, rasio itu lebih rendah di antara perempuan, yaitu 55 persen.
Survei itu mendapati bahwa orang-orang berusia lanjut dan paruh baya memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapat vaksin sejak September.
Studi itu mendapati bahwa 75 persen orang Inggris merasa puas dengan kecepatan kampanye vaksinasi di negaranya, namun rasio itu menurun di beberapa negara lain yang disurvei, menjadi 32 persen di AS, 22 persen di Prancis dan 20 persen di Swedia.
Kekst CNC melakukan survei itu pada pertengahan bulan Februari selama 10 hari, dengan sampel 1.000 orang dewasa di setiap negara dengan margin kesalahan 3,3 persen bagi semua negara yang berpartisipasi.
Panel penasihat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika (CDC), Minggu (28/2) menyetujui penggunaan vaksin buatan Johnson & Johnson, dengan suara melimpah merekomendasikan vaksinasi bagi orang dewasa di atas usia 18 tahun.
Rekomendasi CDC tidak mengikat namun dihargai secara luas oleh institusi dan para profesional kesehatan. Kepala CDC Rochelle Walensky kemudian menyetujui rekomendasi dari panel penasihat CDC.
Dukungan CDC, Minggu, terjadi satu hari setelah Badan Pengawas Makanan dan Obat AS (FDA) secara resmi mengizinkan penggunaan vaksin satu dosis itu.
Hampir empat juta dosis vaksin Johnson & Johnson akan didistribusikan dan tersedia paling cepat Selasa pagi (2/3) menurut seorang pejabat senior FDA. Vaksin ini, yang ketiga disetujui penggunaannya di AS, akan didistribusikan ke negara bagian-negara bagian, suku-suku dan teritori secara proporsional dengan jumlah populasi mereka cara yang sama dalam pendistribusian vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna.
Pejabat kesehatan di AS menyambut baik vaksin ketiga ini, yang telah ditunggu-tunggu karena hanya membutuhkan satu suntikan, namun pihak berwenang mendesak warga Amerika untuk menerima vaksin apa saja yang tersedia bagi mereka, menekankan bahwa ketiga vaksin itu telah terbukti aman dan efektif.
Vaksin Johnson & Johnson terbukti 85 persen efektif melawan kondisi serius, rawat inap dan kematian akibat COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona, menurut data dari sebuah studi yang meliputi tiga benua.
Vaksinasi itu memberi perlindungan bahkan di negara-negara di mana virus varian Afrika Selatan sedang menyebar.
Johnson & Johnson juga sedang mengupayakan izin untuk penggunaan darurat vaksinnya di Eropa dari Organisasi Kesehatan Dunia.
Hingga Minggu malam (28/2) sekitar 28,6 juta warga Amerika telah terinfeksi COVID-19 dan lebih dari 513 ribu meninggal akibat penyakit itu, menurut Johns Hopkins Coronavirus Research Center.
Amerika tetap berada di posisi teratas jumlah kasus virus corona terbanyak, diikuti India dengan lebih dari 11 juta kasus dan Brazil dengan lebih dari 10,5 juta kasus. [lj/uh]