Kepala pakar epidemiologi Swedia, Rabu (03/06) mempertahankan strategi kontroversial tentang Covid-19, di mana Swedia tidak pernah sepenuhnya menutup negara itu, namun mengakui negara itu seharusnya dapat melakukan beberapa hal dengan lebih baik.
Tidak seperti beberapa negara tetangganya di Eropa dan sebagian besar di dunia, Swedia mengandalkan kesadaran dan tangggung jawab tiap orang sebagai warga negara. Pihak berwenang menyarankan warga untuk menjaga jarak sosial, tetapi sejumlah sekolah, bar dan restoran tetap buka. Hanya pertemuan yang dihadiri lebih dari 50 orang dilarang.
Strategi itu menjadikan jumlah kematian per kapita Swedia akibat COVID-19 merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.
Dalam sebuah jumpa pers, ahli epidemiologi Badan Kesehatan Masyarakat Swedia, Anders Tegnell mengakui bahwa akan selalu ada "kemungkinan di mana situasi itu seharusnya dapat ditangani lebih baik dari yang kita lakukan sekarang, sambil kita belajar lebih banyak dari pengalaman."
Namun, Anders mengatakan Swedia masih yakin strategi itu tepat dan sangat baik dalam menahan penyebaran infeksi pada tingkat yang bisa ditangani oleh sistem layanan kesehatan yang ada. Hal itu memungkinkan sekolah tetap berjalan, yang menurutnya sangat penting bagi masyarakat Swedia.
Anders lebih lanjut mengakui jumlah korban jiwa yang "amat disayangkan", terutama pasien yang berada di beberapa fasilitas perawatan jangka panjang.
Dalam sebuah wawancara radio Swedia pada hari sebelumnya, Tegnell mengakui jumlah kematian telah menjadi pertimbangan kembali baginya, untuk melakukan pendekatan yang lebih baik terhadap pandemi.
Menurut badan kesehatan nasional, negara dengan 10,2 juta orang itu mencatat 4.542 kematian terkait COVID-19, jauh lebih banyak daripada beberapa negara tetangga sekitarnya, dan salah satu tingkat kematian per kapita tertinggi di dunia. [mg/ii]