Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Inggris Theresa May hari Minggu (4/3) sepakat bahwa Rusia dan Suriah bertanggung jawab atas "penderitaan manusia yang memilukan" di daerah kantong pemberontak Ghouta Timur di luar Damaskus, kata kantor perdana menteri May.
Kedua pemimpin tersebut, dalam sebuah percakapan telepon, membahas apa yang digambarkan oleh kantor May sebagai "situasi kemanusiaan yang mengerikan" di dekat ibukota Suriah, bahkan ketika Syrian Observatory for Human Rights yang berkantor di Inggris mengatakan pasukan Suriah telah menguasai lebih dari seperempat Ghouta Timur.
Suriah telah menggempur pemberontak selama 15 hari, dengan serangan udara, tembakan artileri dan serangan roket. Lebih dari 640 warga sipil terbunuh dalam pertempuran tersebut.
Tuntutan Dewan Keamanan PBB supaya diadakan gencatan senjata selama 30 hari, yang disetujui Rusia, telah diabaikan secara luas, bahkan ketika Rusia memulai "jeda kemanusiaan" lima jam per hari untuk memungkinkan warga sipil melarikan diri dan pengiriman bantuan. PBB mengatakan akan mengirim bantuan kemanusiaan ke daerah kantong Ghouta Timur hari Senin. Dalam pembicaraan telepon lain, Presiden Perancis Emmanuel Macron mendesak Presiden Iran Hassan Rouhani agar memberi "tekanan yang diperlukan" pada Presiden Suriah Bashar al-Assad untuk menghentikan serangan "membabi-buta" terhadap warga sipil di Ghouta Timur. [as/ii]