Ulama Syiah yang berpengaruh, Moqtada al-Sadr, mengatakan para pendukungnya akan melanjutkan pertempuran mereka melawan pasukan Amerika di Irak jika pasukan Amerika tetap berada di Irak melampaui batas waktu untuk menarik diri pada akhir tahun ini.
Seorang juru bicara membacakan pernyataan dari ulama itu hari Sabtu kepada ratusan ribu pendukungnya yang berkumpul di Baghdad. Milisi Laskar Mahdi pimpinan Sadr bertempur melawan pasukan Amerika selama bertahun-tahun setelah invasi Amerika ke Irak, sampai gencatan senjata dinyatakan tahun 2008.
Pengumuman Moqtada al-Sadr itu dikeluarkan setelah Menteri Pertahanan Amerika Robert Gates mengatakan kepada pasukan Amerika di Irak bahwa Amerika Serikat akan bersedia untuk tetap menempatkan pasukan militernya di Irak setelah akhir tahun ini jika pemerintah Irak menghendakinya.
Sekarang ini, kurang lebih 47.000 tentara Amerika masih berada di negara itu untuk melatih pasukan keamanan Irak. PM Irak Nuri al-Maliki baru-baru ini mengatakan, kemampuan angkatan bersenjatanya makin meningkat untuk menjaga keamanan Irak.
Sementara itu, para pejabat militer Irak mengatakan pasukan mereka bentrok dengan massa yang melempari mereka dengan batu hari Jumat di kamp pengungsi Iran di provinsi Diyala. Para pejabat rumahsakit mengatakan tiga orang tewas dalam bentrokan itu, sementara penghuni Kamp Ashraf mengatakan setidaknya 23 orang tewas.
Kamp itu menampung ribuan anggota kelompok pembangkang Iran dari Organisasi Mujahidin Rakyat Iran. Pasukan Irak pernah menyerbu kamp itu guna mengatasi kekerasan yang menurut mereka dilakukan para pengungsi.
Menteri Pertahanan Amerika Robert Gates, yang sedang berkunjung ke Irak utara hari Jumat, menyatakan prihatin terjadi kekerasan di Kamp Ashraf dan mendesak pemerintah Irak agar menahan diri. Gates bertemu para pemimpin Kurdi di Irak utara selagi ia mengevaluasi kebutuhan keamanan negara itu sebelum pasukan Amerika ditarik akhir tahun ini.
Gates tiba di Irbil hari Jumat untuk berbicara dengan Presiden regional Kurdi Masoud Barzani. Ia bertemu presiden Irak dan perdana menteri di Baghdad hari Kamis.