Menteri-menteri luar negeri Uni Eropa hari Senin (17/11) mulai menerapkan sanksi terhadap separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur, di tengah laporan terjadinya pertempuran sengit di daerah itu.
Diplomat-diplomat Uni Eropa melaporkan, para menteri luar negeri, yang bertemu di Brussels, Belgia, telah meminta pejabat-pejabat Uni Eropa agar menempatkan lebih banyak separatis dalam daftar sanksi blok tersebut. Namun, tidak ada indikasi bahwa Uni Eropa akan mengenakan sanksi tambahan terhadap Rusia.
Langkah Uni Eropa itu menyusul pemilu yang diselenggarakan separatis awal bulan ini di daerah-daerah yang mereka kuasai, yang dikecam pemerintah Barat, serta meningkatnya pertempuran antara pemberontak dan pasukan pemerintah meskipun dicapai gencatan senjata awal September. Saksi mata melaporkan serangan baru terjadi di dalam dan sekitar kubu pemberontak di Donetsk, hari Senin.
Pejabat-pejabat Ukraina hari Senin melaporkan 10 orang - tujuh tentara dan tiga polisi - tewas dalam 24 jam sebelumnya dalam serangan di berbagai lokasi di daerah Donetsk dan Luhansk, Ukraina timur. Pejabat-pejabat kota Donetsk melaporkan, seorang warga sipil tewas dan delapan luka-luka dalam serangan akhir pekan.
Pasukan pemerintah dan pemberontak secara rutin saling tuduh melanggar gencatan senjata 5 September dan menembaki daerah-daerah sipil.
Dalam wawancara dengan koran Bild Jerman yang terbit hari Senin, Presiden Ukraina Petro Poroshenko menyebut Ukraina "tempat paling berbahaya di dunia," dan menuduh "ribuan" tentara Rusia berada di dalam negaranya bersama ratusan tank dan artileri berat. Ia menyatakan militer Ukraina siap untuk kemungkinan "perang total" dengan Rusia.