Utusan khusus PBB untuk Yaman telah mengumumkan gencatan senjata 72 jam mulai Rabu malam, setelah ia menerima komitmen dari semua pihak yang berperang di negara itu.
Ismail Ould Cheikh Ahmed mengatakan ia berkomunikasi dengan ketua tim perunding milisi pemberontak Houthi, yang menguasai ibukota, Sana’a, serta pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang memimpin dari Aden, kota di bagian selatan.
Pengumuman hari Senin itu dikeluarkan menyusul penembakan misil ke arah kapal perusak Amerika USS Mason di Laut Merah pada Sabtu lalu. Menurut para analis, misil-misil itu ditembakkan dari daerah yang dikuasai Houthi. Kelompok pemberontak membantah serangan tersebut.
Kelompok Houthi yang didukung Iran, yang juga didukung tentara yang setia kepada mantan presiden Ali Abdullah Saleh, telah merebut sebagian besar wilayah utara dan barat Yaman.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir sebelumnya pada hari Senin mengatakan bahwa kerajaan itu, yang memimpin koalisi militer yang mendukung Hadi, juga menyepakati gencatan senjata baru jika Houthi menyetujuinya. Akan tetapi ia skeptis mengenai upaya-upaya perdamaian ini setelah beberapa upaya gencatan senjata sebelumnya gagal. [uh/lt]