Tautan-tautan Akses

Visa Uji Perangkat Pembaca Sidik Jari Biometrik pada Kartu yang Diterbitkannya


ARSIP - Jacquelyn Klimsza, asasl Fruitport, Michigan sedang memindai sidik jarinya pada sistem biometrik CLEAR di luar Comerica Park sebelum menyaksikan pertandingan bisbol antara Detroit Tigers dan Kansas City Royals di Detroit, Selasa, 25 Juli 2017 (foto: AP Photo/Paul Sancya).
ARSIP - Jacquelyn Klimsza, asasl Fruitport, Michigan sedang memindai sidik jarinya pada sistem biometrik CLEAR di luar Comerica Park sebelum menyaksikan pertandingan bisbol antara Detroit Tigers dan Kansas City Royals di Detroit, Selasa, 25 Juli 2017 (foto: AP Photo/Paul Sancya).

Sidik jari dapat digunakan untuk membuka pintu, telepon, dan perangkat lainnya, namun apakah konsumen siap untuk melakukan pembayaran dengan mengandalkan sidik jari?

Visa, raksasa di bidang layanan keuangan, berpikir konsumen telah siap.

Perusahaan ini, yang menjadi penjamin kartu-kartu kredit, debit, dan prabayar, telah mengawali uji awal pada kartu-kartu yang memiliki pembaca sidik jari. Para pengguna meletakkan jarinya di area sensor atau menyisipkan chip kartu ke alat pembaca atau memegangnya di atas terminal pembayaran.

Dengan menggunakan sidik jari mereka, para pelanggan tidak lagi harus memasukkan PIN atau menanda tangani bukti pembayaran.

Sidik jari pengguna dibandingkan dengan pola yang sebelumnya telah terdaftar, yang disimpan sebagai sebuah kriptogram di kartu. Lampu merah atau hijau pada kartu mengindikasikan apabila pola sidik jari sesuai atau tidak.

“Kartu ini dilatih untuk menggunakan sidik jari biometrik dan karena sidik jari kita sifatnya unik, maka kartu ini hanya bisa diaktivasikan oleh individual yang melatih kartu ini,” ujar Matt Smith, wakil presiden strategi platform di Visa. Untuk mereka yang berbagi kartu dengan orang lain, makan verifikasi transaksi kembali pada penggunaan kombinasi PIN, atau penandatanganan dalam pemrosesan pembayaran.

Kartu ini akan diterbitkan oleh Mountain America Credit Union yang berpusat di Utah dan the Bank of Cyprus.

Karakteristik Biologis

Visa bukanlah perusahaan pembayaran digital pertama yang menjajaki perkembangan di bidang biometrik yang mengandalkan karakteristik biologik manusia yang bersifat unik, seperti pola iris pada mata, untuk memastikan mereka adalah pemegang kartu yang sebenarnya.

Tahun lalu, Mastercard mulai menguji kartu dengan fitur sidik jari di toko-toko Pick n Pay di Afrika Selatan.

Visa melakukan survei terhadap 1.000 warga Amerika menyangkut persepsi akan teknologi biometrik dan mendapatkan bahwa 86 persen di antaranya “tertarik” akan pemanfaatan biometrik sebagai bentuk otentifikasi atau cara untuk melakukan pembayaran.

Para pengguna aplikasi dompet selular seperti Apple Pay dan Google Pay, dimana keduanya kompatibel dengan Visa dan Mastercard, sudah dapat mengambil manfaat dengan melakukan pembayaran melalui sidik jari mereka.

Tidak harus menandatangani atau memasukkan kombinasi angka PIN mungkin nyaman, namun apakah cara tersebut aman?

Untuk menjawab pertanyaan itu, Anil Jain, seorang profesor dan peneliti biometrik di Michigan State University, bersama-sama dengan mahasiswanya telah menciptakan sidik jari palsu yang telah berhasil menembus sistem yang mengandalkan pada sistem pengamanan biometrik.

Meskipun begitu, Jain menyatakan prosesnya tidak mudah. Pertama-tama diperlukan sidik jari untuk dimanfaatkan, baik dengan seizin orang bersangkutan atau kemampuan untuk mengambil dan mereplikasi sidik jari fisik yang tertinggal di berbagai permukaan benda-benda yang ada di sekeliling kita.

Jain percaya lebih sulit untuk mencuri data biometrik yang tersimpan dalam perangkat telepon pintar atau chip kartu kredit (seperti milik Visa), dibandingkan data biometerik yang tersimpan di basis data sentral, seperti server komputer milik pemerintah yang berisi catatan tentang sidik jari.

Dengan fokus pada sistem keamanan di pengguna akhir, Jain dan para mahasiswanya telah menciptakan solusi baik perangkat keras maupun perangkat lunak yang dapat mendeteksi lebih baik perbedaan antara sidik jari manusia yang sesungguhnya dengan sidik jari palsu.

Bahan-bahan yang diuji

Dalam sebuah studi, mereka menguji sidik jari palsu yang terbuat dari berbagai bahan mulai dari PlayDoh hingga Ecoflex, karet silikon yang acap kali digunakan untuk membuat riasan efek khusus untuk televisi dan film.

“Kami telah menunjukkan bahwa kami mampu melakukan pekerjaan dengan cukup baik untuk mendeteksi sidik jari palsu dibandingkan dengan sidik jari asli. Dan menurut saya pada kebanyakan kasus, bagaimana caranya menaikkan standar dalam melawan peretas, sehingga akan makin sulit bagi para peretas untuk menyerang sistem,” ujar Jain.

“Tak ada sistem keamanan yang tidak dapat diperdaya. Inti gagasannya adalah untuk membuatnya sesulit mungkin untuk para peretas untuk memanfaatkannya,” imbuhnya.

Jain menyatakan fitur pengamanan biometrik dapat ditambahkan untuk pembelian dalam jumlah besar. Sebuah pembelanjaan senilai $100.000 di Tiffany, contohnya, dapat ditambahkan kewajiban untuk melakukan pemindaian wajah selain pemindaian sidik jari.

Pada akhirnya, teknologi biometrik akan diterapkan selamanya, dengan mempertimbangkan harga perangkat keras dan lunak yang semakin terjangkau dan makin banyak konsumen yang mengikuti perkembangan teknologi ini ujarnya.

Jain memberi masukan yang masuk akal di era biometrik ini: “Jangan unggah foto sidik jari anda di ranah online,” ujarnya, sambil tertawa. [ww]

XS
SM
MD
LG