Sejumlah aktivis dan organisasi perempuan prihatin dengan tertangkapnya Walikota Tegal Siti Masitha Soeparno dalam Operasi Tangkap Tangan OTT Komisi Pemberantasan Korupsi KPK Selasa sore (29/8). Terlebih mengingat ia adalah perempuan pertama yang menduduki posisi puncak kota Tegal sejak tahun 2014.
Maju Perempuan Indonesia MPI, sebuah gerakan pemenuhan, perlindungan dan pemajuan hak-hak politik perempuan, menilai penangkapan atas dugaan melakukan tindak pidana suap itu akan “menghambat perjuangan untuk meningkatkan peran dan keterwakilan perempuan di berbagai bidang pengabdian.”
Dalam pernyataan tertulis yang diterima VOA, gerakan yang beranggotakan perempuan lintas partai, akademisi, profesional, aktivis CSO dan wartawan itu juga menyerukan kepada institusi yang bertanggungjawab atas rekrutmen dan pembinaan pejabat publik, “agar menekankan kembali pentingnya Pakta Integritas dalam menjalankan amanah rakyat.”
MPI juga menghimbau seluruh perempuan yang berada dalam posisi pengambil kebijakan untuk berhati-hati melaksanakan amanah yang dipercayakan dan tidak terjebak pada permainan politik kekuasaan yang mencederai perjuangan untuk meningkatkan peran dan keterwakilan perempuan.
Hal senada juga disampaikan Kaukus Perempuan Politik Indonesia KPPI. Ketua Umum KPPI Dwi Septiawati Djafar mengatakan kasus penangkapan walikota Tegal itu akan menjadi bumerang bagi perjuangan untuk mendorong keterlibatan perempuan yang lebih besar dalam dunia politik.
“Fakta-fakta back-fire seperti ini akan menimbulkan dampak pada keterwakilan perempuan, misalnya perempuan yang berpotensi duduk di jajaran eksekutif dan legislatif,” ujar Septi. Ditambahkannya, sudah saatnya membicarakan kasus-kasus perempuan yang terjerat korupsi ini secara terbuka. “Bukan untuk menghakimi atau membuka keburukannya, tetapi sebagai pengingat untuk hati-hati. Kita perlu mengungkap fakta yang ada lebih dalam, terkait penyebab dan persoalan lain yang melingkupinya,” ujar Septi.
Siti Masitha, ibu empat anak kelahiran Jakarta, 10 Januari 1964 itu ditangkap KPK di kompleks Balai Kota, Jalan Ki Gede Sebayu, Tegal, Selasa sore. Beberapa sumber VOA mengatakan tim KPK yang datang dengan dua mobil sempat menunggu walikota itu menyelesaikan pemaparan dan evaluasi pembangunan kota Tegal di Gedung Adipura di kompleks itu, sebelum menangkapnya. Menurut situs pemerintah kota Tegal.
"Menurut situs pemerintah kota Tegal, putri mantan direktur Garuda Indonesia ini diketahui pernah menempuh pendidikan di Thailand, Jerman dan Amerika, sebelum memulai karir di bidang perhotelan dan pendidikan. Hingga saat ini selain menjadi walikota Tegal, ia juga masih menjabat sebagai direktur PT. Reksa Solidus.
Hingga laporan ini disampaikan KPK belum memberikan rincian tentang penangkapan Siti Masitha, dugaan kasus dan barang/uang yang disita. KPK mengatakan akan melangsungkan konferensi pers tentang hal ini Rabu siang (30/8). [em]