Menlu AS Antony Blinken menyambut Raja Abdullah II dari Yordania di Departemen Luar Negeri AS hari Selasa (20/7).
Kunjungan itu merupakan bagian dari kunjungan seminggu Raja Yordania ke AS. Abdullah sudah bertemu dengan Presiden Joe Biden dan berencana untuk bertemu dengan sejumlah pemimpin Kongres AS dalam pekan ini.
Pertemuan dengan Biden juga kesempatan bagi raja itu menggaris-bawahi kedekatannya dengan Presiden AS menyusul upaya kudeta terhadap dirinya.
Bassem Awadallah berkewarganegaraan AS dan pernah menjabat sebagai pembantu utama Raja Abdullah II, dan Sharif Hassan bin Zaid, seorang anggota keluarga kerajaan, dinyatakan bersalah atas tuduhan penghasutan.
Mereka dituduh bersekongkol dengan Pangeran Hamzah, saudara tiri raja. Biden, yang telah mengenal Abdullah selama bertahun-tahun, dengan cepat dan secara terbuka mengungkapkan “dukungan kuat AS untuk Yordania” dan memuji kepemimpinan Raja Yordania itu setelah rincian upaya kudeta terungkap pada April 2021.
Abdullah memiliki hubungan yang sulit dengan mantan Presiden Donald Trump, yang dinilai melemahkan peluang bagi sebuah kesepakatan damai antara Israel dan Palestina terkait deklarasi Yerusalem sebagai ibukota Israel pada tahun 2017.
Abdullah juga menyesalkan upaya pemerintahan Trump terkait Abraham Accords - kesepakatan dengan Bahrain, Uni Emirat Arab, Sudan, dan Maroko untuk normalisasi hubungan dengan Israel namun mengabaikan Palestina.
Namun Biden tidak berencana untuk membatalkan pengakuan AS atas Yerusalem sebagai ibukota Israel.
Pemerintahan Biden bahkan memuji kesepakatan yang ditengahi Trump – suatu contoh langka dari pemerintahan Demokrat untuk berbicara positif tentang pemerintahan sebelumnya.
Sementara itu Wapres AS Kamala Harris telah menjamu Raja Abdullah II dari Yordania pada sarapan pagi di kediaman Wakil Presiden AS. Ini menjadi pertemuan langsung pertama Harris dengan seorang pemimpin dari negara Arab.
Kedua pemimpin diharapkan membahas pentingnya hubungan AS-Yordania dan kerjasama kedua negara dalam isu-isu regional. [mg/jm]