Kepanikan dilaporkan sempat terjadi di bagian utara Jepang, tepatnya di Pulau Hokkaido, ketika sebuah rudal Korea Utara melintasi kawasan itu pada hari Selasa, sekitar jam enam pagi. Sirene meraung-raung mengimbau warga Jepang di daerah itu supaya tetap tenang, mencari perlindungan dan segera melakukan tindakan pencegahan. Imbauan serupa dikeluarkan lewat sistem peringatan “J-Alert” yang dikirim lewat berbagai fasilitas komunikasi, terutama telepon genggam.
Warga Indonesia yang juga wartawan di NHK Siaran Indonesia Aji Rokhadi mengatakan teman-temannya yang warga Indonesia dan juga warga Jepang di Pulau Hokkaido sempat dilanda kebingungan ketika menerima peringatan Selasa pagi.
“Kalau penduduk di Tokyo tidak mendapat peringatan apapun kemarin. Pemerintah Jepang memang memiliki sistem J-Alert yang akan memberi sinyal kewaspadaan jika ada bencana atau kemungkinan bahaya dari negara asing, tetapi kemarin tidak ada peringatan pada kami di Tokyo. Hanya beberapa kawan dan warga di Hokkaido dan di bagian utara Pulau Honshu melaporkan mendapat peringatan J-Alert di telepon genggam yang membuat mereka terbangun pada pagi tadi," papar Aji.
Ia menambahkan, "Meskipun demikian mereka juga bingung karena tidak tahu harus lari kemana karena tidak memiliki bunker atau tempat perlindungan dari bom. Paling yang mereka lakukan adalah menjauhi dari jendela karena khawatir akan pecah. Sejak jauh-jauh hari memang pemerintah Jepang sudah memberitahukan jika ada bahaya seperti ini, yang harus dilakukan adalah mencari gedung yang aman dan menjauhi jendela. Jadi bisa terhindar jika bom itu mengandung bahan kimia. Untungnya rudal tidak mendarat di daratan tetapi di lautan.”
Hal senada disampaikan mahasiswa program S-3 di Tokyo University of Technology Mohammad Arief.
“Tentu saja kaget karena memang berita tentang Korea Utara sangat santer, tapi khan antara Korut dan AS, dimana Korut ingin melepaskan tembakan ke Hawaii atau Guam. Dengan Jepang memang tegang terus, tapi khan tidak pernah ada ancaman langsung. Tiba-tiba kok Korut menembak ke Jepang,” ujar Arief.
Korut Luncurkan Rudal Lintasi Pulau Hokkaido
Korea Utara meluncurkan sebuah rudal yang terbang melewati bagian timur Pulau Hokkaido Selasa pagi, pecah menjadi tiga bagian dan jatuh di Samudera Pasifik. Lintasan rudal itu memicu satelit untuk mengaktifkan alarm darurat yang digunakan untuk memberi peringatan kepada warga di kawasan Tohoku untuk berlindung dari dampak rudal Korea Utara itu.
Menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan, rudal itu diluncurkan jam 05.57 pagi waktu Seoul dari Sunan, di dekat bandara internasional Pyongyang. Rudal itu terbang sejauh 2.700 kilometer pada ketinggian maksimum sekitar 550 kilometer. Namun sistem pertahanan anti-rudal Jepang tidak berupaya menembak jatuh rudal itu.
Dewan Keamanan PBB Gelar Rapat Darurat Selasa Sore
Juru bicara Pentagon Kolonel Rob Manning mengatakan rudal itu “tidak menimbulkan ancaman” terhadap Amerika Utara. Namun Dewan Keamanan PBB tetap melangsungkan pertemuan tertutup Selasa sore di New York.
Indonesia Kecam Peluncuran Rudal Korea Utara
Pemerintah Indonesia mengecam ujicoba peluncuran rudal yang melewati wilayah udara negara lain dan membahayakan jalur penerbangan. Tindakan ujicoba ini bertentangan dengan kewajiban Korea Utara terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB, khususnya resolusi 2270 dan 2321 yang dikeluarkan tahun 2016; juga resolusi 2356 dan 2371 yang dikeluarkan tahun 2017.
“Indonesia mendesak Korea Utara agar sepenuhnya memenuhi kewajiban internasionalnya, termasuk melaksanakan sepenuhnya resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB,” demikian pernyataan tertulis Kementerian Luar Negeri Indonesia yang diterima VOA.
“Indonesia menegaskan kembali bahwa stabilitas di Semenanjung Korea sangat penting artinya. Untuk itu Indonesia mengajak semua negara untuk berkontribusi terhadap penciptaan perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea,” lanjut pernyataan tersebut.
Meski Tidak Takut, WNI di Jepang Waspada
Dihubungi VOA Selasa malam, Mohammad Arief mengatakan kekhawatiran tentang dampak rudal Korea Utara ini menjadi pembahasan utama para mahasiswa dan warga Indonesia di negara matahari terbit itu, meski tidak mendorong mereka untuk memasok sembako atau kebutuhan pokok lain.
“Sebenarnya khawatir tetap ada karena khan sebenarnya salah satu alasan sekolah di Jepang khan safety. Jepang itu aman, gak ada bahaya, gangguan teroris, perampokan atau copet gak aja gak ada. Jadi kami khawatir tetapi tidak terlalu, sejauh ini teman2 WNI rame di grup diskusi di WhatsApp saja. (Tidak tiba-tiba memborong di pasar atau stok BBM?) Tidak. Tidak sampai begitu,” tutur Arief.
Aji Rokhadi yang sudah hampir tiga tahun berada di Jepang juga mengatakan hal yang sama. Warga Jepang menurutnya tetap melakukan aktivitas seperti biasa. Gejolak hanya terasa di lantai bursa. Pasar saham Nikkei sempat turun 87 point, menjadi 19.362, namun nilai yen justru naik.
“Warga khawatir akan keselamatan diri dan keluarganya. Itu yang saya rasakan secara umum pada masyarakat. Tetapi tidak ada perubahan dalam kehidupan sehari-hari. Cuma topik pembicaraan adalah soal bahaya dan kekhawatiran uji coba rudal Korut. Tetapi untuk mengungsi atau evakuasi, tidak ada. Nikkei memang sempat turun hari ini, tetapi nilai mata uang yen justru naik,” tambah Aji.
KBRI di Jepang Secara Reguler Sampaikan Informasi Terkini
Pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo secara reguler menyampaikan informasi kepada warga tentang situasi yang terjadi di negara itu, baik lewat sarana komunikasi maupun pertemuan yang dilangsungkan berkala. [em/al]