Korea Utara meluncurkan sebuah rudal yang terbang melewati Jepang Selasa (29/8) pagi, memicu keprihatinan baru di Tokyo dan Seoul.
Misil yang melewati Jepang 10 menit setelah diluncurkan, pecah menjadi tiga bagian dan jatuh di Samudera Pasifik, di timur Pulau Hokkaido, menurut pemerintah Jepang.
Lintasan misil itu memicu satelit untuk mengaktifkan alarm darurat yang digunakan untuk memberi peringatan kepada warga di kawasan Tohoku untuk berlindung dari dampak rudal Korea Utara tersebut.
Misil diluncurkan pukul 5.57 waktu Seoul dari Sunan, dekat bandara internasional Pyongyang, terbang sejauh 2.700 kilometer pada ketinggian maksimum sekitar 550 kilometer, menurut Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Pihak berwenang Jepang mengatakan, sistem pertahanan anti-misil Jepang tidak berupaya menembak jatuh misil tersebut. Juru bicara Pentagon Kolonel Rob Manning mengatakan rudal itu "tidak menimbulkan ancaman" terhadap Amerika Utara.
Laporan awal mengatakan tiga misil diluncurkan, tetapi kemudian ditetapkan bahwa hanya satu rudal. Misil itu pecah pecah menjadi tiga bagian selagi dalam penerbangan dan jatuh di laut, kata pihak berwenang.
Seorang pejabat Dewan Keamanan Nasional Amerika mengatakan kepada VOA pihak berwenang di Washington masih menunggu informasi spesifik dari Komando Pasifik mengenai data lain terkait misil Korea Utara itu.
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang segera memimpin rapat darurat, mengatakan selagi masuk ke kantornya: “Kita akan melakukan upaya sekuat tenaga untuk melindungi nyawa warga Jepang.”
Pihak berwenang di Tokyo mengatakan tidak ada upaya untuk menembak jatuh misil itu, tetapi juru bicara pemerintah, Yoshihide Suga, mengatakan insiden itu merupakan ancaman keamanan serius terhadap Jepang.” [ds]