SURABAYA, JAWA TIMUR —
Ketua Bidang Penanganan Informatika Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (PBP) Kabupaten Kediri Adi Suwignyo mengatakan, banjir lahar dingin dapat terjadi sewaktu-waktu dan dapat mengancam permukiman yang berada di sekitar aliran sungai, yang dilewati lahar dingin Kelud.
”Yang ada di sekitar sungai yang alirannya dari gunung Kelud kebawah supaya waspada dan waspada, karena kita ketahui tidak menutup kemungkinan kalau ada hujan lebat, nanti tidak menutup kemungkinan ada lahar dingin yang dimana airnya akan terbawa dari pasir-pasir yang telah dimuntahkan oleh gunung kelud. Itu betul-betul dijaga dan kami harapkan pada perangkat Desa maupun Kecamatan supaya menghimbau kepada masyarakat supaya tidak berdekatan dengan sungai apabila hujan lebat tiba,” jelas Adi Suwignyo, Ketua Bidang Penanganan Informatika Satlak PBP Kabupaten Kediri.
Hingga hari ketiga letusan gunung Kelud, sudah ada lebih dari 35.000 orang pengungsi yang berasal dari lima Kecamatan, di Kabupaten Kediri. Adi Suwignyo mengatakan, pihaknya telah menyiapkan segala kebutuhan untuk pengungsi, termasuk membangun dapur umum beserta logistik yang dibutuhkan.
“Kita sebagai Satkorlak dan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah, TNI maupun Polri sudah membangun dapur-dapur umum, dimana dapur umum itu mungkin sudah mencukupi dari 81 titik pengungsian, sudah ada disiapkan dapur umum, aparatnya juga, dibantu oleh Kebeg Angkatan Darat, plus PKK, IBI Ikatan Bidan Indonesia, guru-guru dan juga relawan,” lanjutnya.
Terkait masih berbahayanya kawasan 10 kilometer dari kawah gunung Kelud, Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi menginstruksikan kepada warga masyarakat, untuk tidak kembali ke daerah berbahaya yang terlarang untuk dimasuki, agar tidak semakin banyak warga yang menjadi korban. Hingga kini sudah ada enam orang korban meninggal dunia, sebagai dampak meletusnya gunung Kelud.
“Yang jelas pasti akan diingatkan kembali, terutama bagi yang belum masuk (ke area berbahaya 10 kilometer) pasti dicegat di pos-pos tertentu, di radius 10 kilometer, karena ini masih dalam status awas sehingga saya harapkan kepada masyarakat supaya tidak melanggar aturan yang ada, karena kita tidak menginginkan ada hal yang membahayakan bagi dirinya,” tambah Adi Suwignyo.
”Yang ada di sekitar sungai yang alirannya dari gunung Kelud kebawah supaya waspada dan waspada, karena kita ketahui tidak menutup kemungkinan kalau ada hujan lebat, nanti tidak menutup kemungkinan ada lahar dingin yang dimana airnya akan terbawa dari pasir-pasir yang telah dimuntahkan oleh gunung kelud. Itu betul-betul dijaga dan kami harapkan pada perangkat Desa maupun Kecamatan supaya menghimbau kepada masyarakat supaya tidak berdekatan dengan sungai apabila hujan lebat tiba,” jelas Adi Suwignyo, Ketua Bidang Penanganan Informatika Satlak PBP Kabupaten Kediri.
Hingga hari ketiga letusan gunung Kelud, sudah ada lebih dari 35.000 orang pengungsi yang berasal dari lima Kecamatan, di Kabupaten Kediri. Adi Suwignyo mengatakan, pihaknya telah menyiapkan segala kebutuhan untuk pengungsi, termasuk membangun dapur umum beserta logistik yang dibutuhkan.
“Kita sebagai Satkorlak dan bekerjasama dengan Pemerintah Daerah, TNI maupun Polri sudah membangun dapur-dapur umum, dimana dapur umum itu mungkin sudah mencukupi dari 81 titik pengungsian, sudah ada disiapkan dapur umum, aparatnya juga, dibantu oleh Kebeg Angkatan Darat, plus PKK, IBI Ikatan Bidan Indonesia, guru-guru dan juga relawan,” lanjutnya.
Terkait masih berbahayanya kawasan 10 kilometer dari kawah gunung Kelud, Satlak Penanggulangan Bencana dan Pengungsi menginstruksikan kepada warga masyarakat, untuk tidak kembali ke daerah berbahaya yang terlarang untuk dimasuki, agar tidak semakin banyak warga yang menjadi korban. Hingga kini sudah ada enam orang korban meninggal dunia, sebagai dampak meletusnya gunung Kelud.
“Yang jelas pasti akan diingatkan kembali, terutama bagi yang belum masuk (ke area berbahaya 10 kilometer) pasti dicegat di pos-pos tertentu, di radius 10 kilometer, karena ini masih dalam status awas sehingga saya harapkan kepada masyarakat supaya tidak melanggar aturan yang ada, karena kita tidak menginginkan ada hal yang membahayakan bagi dirinya,” tambah Adi Suwignyo.