Warga Tibet melancarkan tuduhan pada Presiden Tiongkok hari Rabu, meneriakkan “Hu Jintao pembunuh” dalam demonstrasi di New Delhi.
Warga Tibet menuduh pasukan keamanan Tiongkok menembaki sedikitnya enam orang yang melakukan demonstrasi damai dalam beberapa bulan terakhir.
Demonstrasi di New Delhi yang dilakukan oleh sekitar 50 warga Tibet di pengasingan dan para pendukungnya itu diadakan tidak jauh dari Kedutaan Besar Tiongkok. Lebih jauh ke sebelah utara, di kota Dharamsala, anggota-anggota pemerintahan Tibet terpilih di pengasingan yang menyuarakan aspirasi semua warga Tibet melancarkan mogok makan sehari.
Hari Rabu merupakan awal perayaan Losar, yaitu datangnya tahun baru menurut almanak Tibet. Dalam situasi normal, perayaan itu merupakan peristiwa yang dipenuhi kebahagiaan, tetapi anggota parlemen Tibet di pengasingan Yeshi Phuntsok mengatakan, tahun ini banyak hal yang berbeda.
Warga Tibet juga menuduh Tiongkok sengaja memadati wilayah-wilayah Tibet dengan warga Tiongkok yang cenderung mendiskriminasi warga Tibet.
Berbicara kepada Kantor Berita Reuters, seorang biksu di wilayah Tibet yang dikuasai Tiongkok mengatakan wilayah-wilayah Tibet benar-benar ditutup.
Biksu itu, yang namanya tidak disebutkan untuk melindungi dirinya, mengatakan mereka tidak punya kebebasan, tidak ada kebebasan beragama dan kebebasan bicara. Ia mengatakan tekanan pemerintah sangat besar. Orang tidak punya pilihan, katanya, jadi mereka berdemonstrasi, dan kemudian ditumpas. Ia mengatakan tidak ada yang bisa dilakukan warga.
Tiongkok mengatakan demontrasi dalam bulan-bulan terakhir secara berhati-hati diatur oleh kelompok “separatis terlatih” dan merujuk para demonstran sebagai “gerombolan” yang kerap berubah menjadi pelaku kekerasan. Tiongkok menyebut pembakaran diri sebagai bentuk terorisme yang didorong oleh para penghasut dari luar.
Liu Weimin, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, mengatakan
Tindakan-tindakan pengamanan diperketat untuk “menangkal kegiatan-kegiatan yang mengganggu” dan menjamin kestabilan sosial, sesuatu yang disebutnya sejalan dengan aspirasi rakyat dari etnis-etnis yang berbeda.
Lobsang Sangay, Perdana Menteri Tibet terpilih di pengasingan, menghimbau PBB agar mengirim tim pencari fakta ke Tibet yang dikuasai Tiongkok, dan menghimbau Tiongkok agar mencabut larangan atas akses media internasional ke kawasan itu.