Pemerintah Myanmar telah berulang kali mengimbau agar warga tenang dalam beberapa pekan ini, sementara korban tewas akibat wabah flu babi, atau H1N1, meningkat menjadi 13 orang sejak kasus pertama dilaporkan bulan lalu.
Para pejabat menyebutkan fakta bahwa jenis virus itu, yang merupakan bagian dari pandemik global tahun 2009 yang bermula dari babi-babi yang terinfeksi, kini dianggap sebagai flu musiman biasa, dan infeksi maupun kematian dilaporkan telah terjadi di negara itu sedini pada tahun lalu.
Tetapi kurangnya rasa percaya terhadap kemampuan pemerintah Myanmar untuk menangani krisis kesehatan dan respons awal yang tampaknya lamban telah menciptakan perbedaan pendapat, membuat situasi saling curiga terus ada dan mendorong banyak orang untuk mengatasi sendiri masalah ini.
Perusahaan-perusahaan membagikan masker penutup mulut untuk para pegawai, sementara sebagian pengusaha menjual masker itu di internet.
Aktivis Thet Swe Win adalah satu dari banyak sukarelawan yang ambil bagian dalam upaya penyuluhan pada akhir pekan di jalan-jalan Yangon. Mereka mengajari masyarakat untuk mencuci tangan dan mengenakan masker sewaktu berada di luar ruangan. Ia mengatakan penyuluhan tersebut dilakukan karena pemerintah Myanmar tidak memberi informasi akurat mengenai flu babi dan masyarakat sangat khawatir.
Pemerintah Myanmar sendiri membantah tuduhan bersikap pasif dan bingung. [uh]