Militer Myanmar menghadapi banyak ‘pekerjaan rumah’ sebab dituduh melakukan pembantaian.
Itulah sebabnya 14 wartawan internasional dikawal mengunjungi sebuah desa di negara bagian Rakhine pekan lewat ini. Inilah pertama kali wartawan dibolehkan masuk ke sana sejak Oktober ketika militer mulai melancarkan operasi kontra pemberontakan di jantung kawasan penduduk Muslim etnis Rohingya yang minoritas dan ditindas.
Idenya ialah untuk menunjukkan bahwa tangan militer bersih dan untuk memperlihatkan keterbukaan sekalipun pemerintah Myanmar tidak mengizinkan satu misi pencari fakta PBB datang ke negeri itu.
Sulit mencapai kesimpulan. Tetapi para wartawan cukup mengetahui setidak-tidaknya gambaran yang pudar adanya perjuangan untuk merebut hati dan pikiran. [ps/al]