Walaupun Produksi Stabil, Inflasi Sebabkan Harga Pangan di Asia Naik Tajam

  • Daniel Schearf
    Wita Sholhead

Di Medan, warga antri untuk membeli sembako murah, khususnya beras, minyak goreng, dan gula.

FAO mengimbau negara-negara Asia, termasuk Indonesia, untuk melindungi kelompok miskin yang paling terpukul akibat naiknya harga pangan.

Data PBB menunjukkan biaya produksi pangan di bulan Februari mencapai rekor tertinggi. Pada hari Rabu di Bangkok, FAO mengatakan bahwa di Bangladesh harga beras eceran yang merupakan pangan pokok naik 33 persen dibanding tahun lalu, dan di Tiongkok serta Indonesia naik 23 persen.

Wakil-wakil dari 20 negara Asia, organisasi-organisasi internasional, Amerika, dan Jepang bertemu di Bangkok, Rabu, untuk membahas kenaikan harga pangan. Konferensi yang berlangsung selama dua hari ini adalah yang pertama dari serangkaian pertemuan yang dilaksanakan FAO di seluruh dunia untuk membahas ketahanan pangan.

Para delegasi mendengar biaya produksi beras mungkin stabil tahun ini, karena baiknya panen beras di Thailand dan Vietnam, penghasil beras utama di kawasan ini. Tetapi, para pejabat FAO memperingatkan kenaikan harga minyak juga akan menaikkan harga beras.

Hiroyuki Konuma wakil FAO untuk Asia dan Pasifik, mengatakan kelompok miskin Asia, yang membelanjakan lebih dari 70 persen pendapatan mereka untuk pangan, adalah yang paling terkena dampak inflasi. “Kita ingat gabungan antara harga pangan dan krisis ekonomi tahun 2008 dan 2009 mengakibatkan lebih dari 100 juta orang kelaparan. Ada risiko besar kita akan mengalami kemunduran seperti itu pada saat ini akibat harga pangan yang tinggi,” ujarnya.

Kenaikan harga pangan pada tahun 2007 dan 2008 mengakibatkan beberapa negara di kawasan ini menimbun pangan dan melarang ekspor pangan sementara waktu. Harga beras naik dua kali lipat dengan cepat.

Ertharin Cousin, Duta Besar Amerika untuk FAO di Roma, mengatakan krisis terserbut terutama disebabkan oleh larangan ekspor dan pembelian karena panik, yang seharusnya dihindari banyak negara. Cousin memaparkan, "Dalam jangka pendek, negara-negara dapat mengurangi risiko kenaikan harga pangan dengan meningkatkan transparansi dan berbagi informasi mengenai jumlah persediaan dan produksi.

Tapi, Cousin memperingatkan negara-negara untuk menahan diri untuk tidak memberlakukan larangan ekspor. Cousin juga menasehatkan negara-negara untuk menggunakan kuota dan pajak secara berhati-hati, mencegah pembelian karena panik dan membentuk jaringan ketahanan pangan bagi kelompok-kelompok yang paling rentan.

Negara-negara ASEAN, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan tahun ini akan membentuk cadangan beras strategis untuk keadaan darurat