Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Suhanto mengatakan sejumlah kementerian dan lembaga terkait telah sepakat menghapus aturan izin impor bawang putih dan bombai, sehingga untuk melakukan impor tidak perlu izin lagi. Kebijakan ini bertujuan untuk mempercepat ketersediaan pasokan kedua komoditas tersebut yang harganya saat ini masih di atas harga eceran tertinggi.
Adapun harga bawang putih di pasaran berkisar Rp42 ribuan per kilogram dari harga normal sebesar Rp32 ribu. Sedangkan harga bawang bombai melonjak menjadi kisaran Rp150 ribu per kilogram dari harga normal Rp17.500 per kilogram.
"Kemendag telah menyetujui persetujuan impor bawang putih sekitar 150 ribu ton dan sudah terealisir sampai tanggal 9 maret yang sudah masuk menurut pantauan kami sudah mencapai 11 ribu ton," jelas Suhanto saat menggelar konferensi pers di Gedung BNPB Jakarta, Rabu (25/3).
Suhanto menambahkan kementeriannya juga sudah mengawasi gudang-gudang milik importir untuk memastikan tidak ada penimbunan kedua komoditas tersebut.
Di samping penghapusan izin impor bawang, ia menjelaskan pemerintah juga akan mengimpor 170 ribu ton daging kerbau untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri. Impor akan dilakukan Bulog dan BUMN dan diharapkan sudah masuk ke Indonesia sebelum bulan Ramadan.
Pemerintah juga akan mengimpor 550 ribu ton gula kristal mentah (raw sugar) untuk memenuhi kebutuhan gula nasional yang harganya masih tinggi yakni Rp17 ribu per kilogram dari harga normal Rp12.500 per kilogram. Gula impor tersebut nantinya akan diolah menjadi gula kristal putih oleh pabrik-pabrik gula di berbagai daerah.
Sementara untuk pasokan beras, Suhanto meyakinkan masih cukup jika melihat stok di Bulog sebanyak 1,5 juta ton. Pemerintah nantinya akan melakukan operasi pasar untuk menjaga harga beras tetap stabil.
"Penyaluran beras bulog dalam rangka mempermudah pemerataan kepada masyarakat, saat ini Bulog sudah bekerja sama dengan retail moderen di seluruh Indonesia. Harapan kami dengan kerjasama ini, beras medium Bulog dapat ditemui masyarakat di retail-retail modern yang umumnya ada di kabupaten/kota," tambahnya.
Guru Besar Ilmu Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM) Masyhuri menilai rencana impor daging kerbau sebanyak 170 ribu ton terlalu berlebihan. Ia beralasan permintaan daging nasional sedang menurun seiring tutup dan lesuhnya industri makanan. Apalagi, kata dia, nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini sedang terpuruk. Karena itu, ia mengusulkan pemerintah memperkuat produksi dalam negeri semisal dengan memperkuat asuransi ternak.
"Kalau menurut saya itu kebanyakan. Ya separuhnya lah seharusnya. Akan berimbas kepada industri dalam negeri. Yang penting program peningkatan dalam negeri yang perlu dikedepankan," jelas Masyhuri saat dihubungi VOA, Rabu (25/3).
Sementara terkait impor bawang putih, Masyhuri menjelaskan produksi dalam negeri memang kurang untuk memenuhi kebutuhan nasional. Namun, kata dia, pemerintah masih bisa memaksimalkan kapasitas produksi bawang putih di daerah-daerah dataran tinggi.
Di samping itu, pemerintah juga pernah memiliki proyek pengembangan bawang putih yang kurang berhasil. Namun, tidak ada evaluasi terhadap kegagalan pengembangan bawang putih di daerah dataran rendah. Karena itu, menurutnya pemerintah bisa melakukan kajian mendalam proyek bawang putih di dataran rendah, seiring dengan peningkatan produksi di dataran tinggi. [sm/ab]