Para pemimpin Armenia dan Azerbaijan pada hari Kamis (25/5) sepakat untuk saling menghormati integritas wilayah satu sama lain dalam pertemuan Dewan Uni Ekonomi Eurasia.
Dalam pertemuan itu, Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mengatakan, “ada prasyarat serius untuk menormalisasi hubungan Azerbaijan dan Armenia atas dasar pengakuan bersama integritas dan kedaulatan wilayah.”
Aliyev menambahkan, “ada kesempatan untuk mencapai kesepakatan damai, khususnya mengingat Armenia sudah secara resmi mengakui Nagorno-Karabakh sebagai bagian dari Azerbaijan.”
Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan bahwa kedua negara “setuju atas pengakuan bersama integritas wilayah satu sama lain, dan atas dasar ini kami dapat mengatakan bahwa kami bergerak cukup baik menuju penyelesaian hubungan.”
BACA JUGA: Armenia akan Akui Nagorno-Karabakh Bagian dari AzerbaijanPresiden Rusia Vladimir Putin mengatakan kepada para pemimpin pada pertemuan di Moskow bahwa yang terpenting adalah “adanya sebuah kesepakatan pada masalah mendasar soal integritas wilayah.”
“Dan ini menjadi dasar untuk menyepakati masalah sekunder lainnya,” tambah Putin.
Putin rencananya akan bertemu dengan Aliyev dan Pashinyan secara terpisah setelah pertemuan Dewan Uni Ekonomi Eurasia untuk membahas penyelesaian ketegangan soal isu Nagorno-Karabakh.
Tentara Armenia dan Azerbaijan saling menembakkan artileri 11 Mei lalu di sepanjang garis perbatasan yang dilanda ketegangan, menewaskan satu tentara dan melukai sejumlah lainnya pada eskalasi ketegangan terbaru di antara kedua musuh lama yang mengancam akan menggagalkan upaya terbaru perundingan damai.
Kedua negara yang bertetangga itu terkunci dalam sebuah konflik yang sudah berlangsung selama puluhan tahun terkait Nagorno-Karabakh, yang terletak di wilayah Azerbaijan, namun pada 1994 dikuasai oleh pasukan etnis Armenia yang didukung oleh pemerintah Armenia, yang juga merebut wilayah Azerbaijan yang cukup luas di sekitarnya.
Dalam pertempuran selama enam minggu tahun 2020, Azerbaijan merebut kembali sebagian besar wilayah Nagorno-Karabakh dan seluruh daerah sekitarnya yang diduduki Armenia.
Pertempuran itu berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi Moskow dengan penerjunan pasukan penjaga perdamaian Rusia berjumlah 2.000 personel. [rd/lt]