Amerika Serikat sangat prihatin dengan peningkatan polarisasi etnis dan politik di seluruh Ethiopia, Departemen Luar Negeri AS menyatakan Jumat (14/5) dan menambahkan bahwa Washington bersama sekutunya mengupayakan sebuah gencatan senjata di wilayah Tigray, memberikan bantuan dan meminta pertanggungjawaban para pelanggar hak asasi manusia.
Jeffrey Feltman, utusan khusus AS yang baru diangkat untuk Afrika, kembali dari perjalanan pertamanya ke wilayah itu hari Kamis, ketika melakukan kunjungan ke Mesir, Eritrea, Sudan dan Ethiopia.
Ribuan warga tewas dan ratusan ribu lainnya terpaksa mengungsi dari rumah mereka di wilayah Tigray sejak November 2020, ketika Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) melancarkan serangan terhadap pasukan Ethiopia. Pasukan Ethiopia dan tentara dari negara tetangga Eritrea dituduh melakukan pembantaian dalam pertempuran melawan kelompok pemberontak.
BACA JUGA: Penyanyi Kanada Sumbang $1 Juta untuk Bantuan Pangan ke EthiopiaEthiopia menyampaikan pihaknya berkomitmen menyelidiki pelanggaran HAM dan kedua negara telah menjanjikan penarikan pasukan Eritrea.
"Kekejaman yang terjadi termasuk skala darurat kemanusiaan di Tigray tidak dapat diterima," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan sekaligus menambahkan bahwa Feltman menggarisbawahi keharusan kepada Presiden Isaias Afwerki agar pasukan Eritrea segera mundur dari Ethiopia.
"Krisis di Tigray juga merupakan gejala dari beragam tantangan yang lebih luas secara nasional yang dapat membahayakan makna dari reformasi," sebut pernyataan tersebut.
Kantor Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed tidak segera menanggapi permintaan untuk memberikan komentar. [mg/pp]