Bagaimana Pekerja Dapat Bersaing dengan Mesin di Masa Depan?

Seorang pekerja di China tampak di belakang lengan robot berwarna oranye di pabrik Rapoo Technology di kota Shenzhen, China, 21 Agustus 2015 (foto: AP Photo/Vincent Yu)

Banyak lapangan kerja yang ada saat ini yang tidak ada 10 tahun lalu. Dan sepuluh tahun dari sekarang, serbuan teknologi kemungkinan akan menggantikan banyak lapangan kerja yang ada hari ini.

Jennail Chavez, 25 tahun, mengatakan krisis paruh baya yang membawanya ke ruang kerja yang bising dimana suara palu bertalu-talu dan suara gergaji mengitarinya. Ia bekerja di sebuah gudang dan ingin melakukan sesuatu yang memberinya kepuasan. Ia menemukan jawabannya kembali di sekolah. Setelah menyelesaikan program dua tahun di Los Angeles Trade Technical College, Chavez berencana ingin menjadi seorang kontraktor umum. Sebagai seorang yang suka bekerja menggunakan tangannya, memilih karier profesi yang didominasi pria sama sekali tidak mengganggunya.

“Saya butuh ketrampilan yang sesuai dengan kepribadian saya dan saya pikir mengapa tidak mencoba profesi di bidang konstruksi,” ujar Chavez.

Namun Chavez sadar apa yang ia pelajari saat ini mungkin tidak lama lagi akan digantikan oleh mesin.

“Saya sebenarnya pernah menyaksikan mesin cetak 3 Dimensi yang mampu membangun rumah, dan saya berkata pada diri saya sendiri ‘tidak, saya berkecimpung dalam industri yang bergerak dalam pembangunan rumah. Apa yang akan saya lakukan?”

“Mempelajari ketrampilan baru adalah bagian penting dari ekonomi saat ini,” ujar Laurence Frank, rektor Los Angeles Trade Technical College. Ia mengatakan para pekerja harus senantiasa mempelajari ketrampilan baru untuk dapat mengikuti kemajuan teknologi.”

Jacob Portillo sangat sadar kebutuhan untuk mengikuti perkembangan zaman. Baru-baru ini ia lulus dari program yang memberinya pelatihan untuk menangani truk-truk diesel, dan sekarang ia harus sudah mampu untuk beradaptasi pada perubahan sistem pengereman.

“Setiap tahun berlalu akan ada perubahan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang baru. Tetap terus belajar dan berubah menyesuaikan dengan perubahan di lapangan pekerjaan,” ujar Portillo, yang telah menemukan lapangan kerja dengan upah yang baik untuk menangani truk.

Lapangan kerja yang membutuhkan pemikiran kritis akan sulit digantikan oleh robot. “Tukang leding, orang yang bekerja sebagai tukang listrik, dimana selalu ada tantangan untuk memecahkan masalah, dan tuntutan pemecahan masalah – pekerjaan-pekerjaan itu lumayan tidak tergantikan,” ujar Frank.

Soft skills seperti ketrampilan berkomunikasi, manajemen waktu, dan bekerja dalam tim akan membantu para pekerja untuk tetap mendapatkan lapangan kerja di masa yang akan datang.

“Jadi, apakah kita mengajarkan orang untuk menjadi komunikator yang baik? Apakah kita mengajarkan orang untuk mampu bekerja dalam tim? Di tingkat sekunder atau pasca sekunder? Apakah kita mengajarkan orang untuk mengkombinasikan berbagai hal dan menganalisis?” ujar Jane Oates, ketua umum Working Nation, sebuah kampanye untuk membantu pekerja Amerika mempersiapkan lapangan kerja di masa yang akan datang.

Oates mengatakan banyak SMA dan universitas di AS yang tidak mengikuti perkembangan teknologi dan mempersiapkan siswa-siswanya. “Mereka mengajarkan hal-hal yang sudah ketinggalan zaman karena hal-hal itu yang diajarkan oleh para profesor,” ujar Oates, seraya menyarankan sekolah untuk mempekerjakan staf pengajar dengan latar belakang industri dan mengembangkan program magang bersama para profesional di bidang industri.

“Di abad ke-21, anda tidak akan pernah berhenti belajar dan beradaptasi serta membayangkan bagaimana anda dapat menjadi bagian dari paradigma baru,” ujar Oates.

Setelah lulus dari sekolah kejuruan, Jennail Chavez mengatakan ia berencana untuk bekerja beberapa tahun sebelum kembali ke sekolah untuk belajar menangani kelistrikan dan tenaga surya. [ww/ft]