Dua puluh polisi berbaris dan berboncengan menggunakan sejumlah sepeda motor di Mapolresta Solo, Jumat siang (30/9). Polisi di depan mengendarai motor dan memakai helm berkamera, sementara polisi di belakang menenteng senjata. Reaksi cepat dilakukan polisi tersebut ketika mendapat instruksi pengamanan dalam simulasi unjuk rasa di Polresta Solo.
Wakapolresta Solo, AKBP Hariadi, mengatakan pemasangan kamera pengawas di tubuh personil anggotanya ketika bertugas tersebut untuk mengantisipasi pelanggaran prosedur.
Your browser doesn’t support HTML5
“Pemakaian headcam atau kamera pengawas di bagian helm ini membantu pengungkapan pelaku tindak pidana kekerasan, kasus intoleransi, atau anarkisme saat ormas melakukan unjuk rasa. Ini terobosan baru bagi kami, baru kita ujicoba memakai 8 kamera pengawas. Semata-mata untuk mempermudah dalam penanganan kasus dan melihat apakah bisa dijadikan alat bukti rekaman video itu.juga sebagai bahan evaluasi jika ada pelanggaran prosedur personil polisi yang bertugas.” ujar AKBP Hariadi, Wakapolresta Solo.
Ketika memakai kamera pengawas, personil polisi ini tampak kurang terbiasa. Seringkali jemari tangan mereka memegang kamera kecil yang terpasang di ujung atas helm pengaman. Penggunaan kamera pengawas personil polisi itu memang menjadi hal baru bagi mereka.
Pemasangan kamera pengawas di tubuh personil polisi saat bertugas mendapat dukungan sejumlah warga. Salah seorang warga di Solo, Larasati, merespon positif pemasangan kamera pengawas di tubuh personil polisi tersebut. Menurut Larasati, pemasangan kamera pengawas menunjukkan kredibilitas institusi Polri.
“Pemasangan kamera pengawas pada personil kepolisian menurut saya itu sangat bagus. Ini bisa untuk menjaga kredibiltas institusi kepolisian pada masyarakat.juga bisa untuk meminimalisir pelanggaran prosedur polisi saat bertugas misal aksi suap dan sebagainya,” ujar Larasati, seorang warga Solo.
Kepolisian di Solo memiliki sejarah panjang menjadi sasaran pelaku terorisme. Tahun 2012, kelompok teroris menyerang pos polisi di sejumlah lokasi di Solo. Satu polisi tewas tertembak, dan dua luka-luka. Awal Juli lalu, menjelang Idul Fitri, seorang simpatisan ISIS di Solo melakukan aksi bom bunuh diri di Mapolresta Solo. Pelaku tewas di lokasi kejadian, seorang polisi terluka akibat serpihan ledakan bom.
Penggunaan kamera pengawas oleh personil polisi masih jarang dilakukan kepolisian di Indonesia. Selama ini kamera pengawas sudah digunakan oleh lembaga kepolisian di berbagai negara. Rekaman video hasil kamera pengawas personil polisi seringkali menjadi barang bukti pengungkapan kasus, misalnya berbagai kasus penembakan atau terorisme yang terjadi di luar negeri. Video hasil rekaman dirilis ke publik untuk mengetahui ada tidaknya pelanggaran prosedur maupun untuk mengidentifikasi pelaku terorisme. [ys/lt]