Presiden Joe Biden telah mengarahkan pemerintahannya untuk membeli 10 juta dosis pengobatan tambahan pil COVID-19 Pfizer, Paxlovid, sehingga totalnya menjadi setidaknya 20 juta dosis perawatan, sebagai bagian dari strateginya untuk memerangi omicron. Ia berbicara, Selasa (4/1) kepada publik Amerika ketika kasus COVID-19 di AS melonjak ke level rekor setelah musim liburan.
Warga Washington, D.C., bermain lempar bola salju awal pekan ini, hal lumrah pada musim dingin yang ditandai dengan melonjaknya kasus COVID-19 di Amerika yang dipicu oleh varian omicron.
Your browser doesn’t support HTML5
Pada hari Senin (3/1), kasus virus corona di AS mencapai rekor dunia sebanyak satu juta yang terdeteksi dalam 24 jam, menurut laporan Universitas Johns Hopkins.
“Hari ini, saya mengarahkan tim saya untuk bekerja sama dengan Pfizer guna menggandakan pesanan kita dari 10 juta menjadi 20 juta dosis pengobatan yang akan dikirimkan dalam beberapa bulan ke depan,” tegas Joe Biden.
BACA JUGA: Biden: Infeksi COVID-19 Akan Terus BertambahPada hari Selasa (4/1), Presiden Joe Biden menguraikan strategi pemerintahannya untuk mengatasi omicron. Selain membeli lebih banyak pil COVID-19 Pfizer, Biden berjanji untuk memperluas ketersediaan suntikan booster dan tes COVID.
Dengan banyaknya orang Amerika yang harus menunggu dalam antrean panjang untuk melakukan tes, Biden disalahkan atas keterlambatan dan kekurangan peralatan tes.
Pemerintahan Biden belum memberikan perincian tentang distribusi setengah miliar alat tes di rumah yang dijanjikan secara gratis. Tes COVID dianggap sebagai kunci untuk membatasi penyebaran omicron dan mengurangi rawat inap.
Dr. William Schaffner, dari Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt mengatakan, “Kita tidak bisa berbuat banyak untuk menghambat penyebaran virus yang sangat menular ini. Dan jika itu hanya menyebabkan penyakit ringan, kalau mau kita bisa mentolerirnya sementara kita mencoba untuk terus mencegah rawat inap ini.”
Lebih banyak bukti tersedia bahwa omicron menyebabkan gejala yang lebih ringan daripada varian sebelumnya, di beberapa tempat mengakibatkan tingkat kematian yang lebih rendah meskipun jumlah kasus melonjak.
Manajer Insiden Organisasi Kesehatan Dunia, Abdi Mahamud mengatakan, “Kita melihat semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa omicron menginfeksi bagian atas tubuh. Tidak seperti varian yang lain menginfeksi paru-paru yang akan menyebabkan pneumonia parah. Ini bisa menjadi kabar baik, tetapi kita benar-benar membutuhkan lebih banyak penelitian. untuk membuktikannya.”
BACA JUGA: AS Catat Rekor Lonjakan Kasus COVID, Sekolah Bergegas TanggapiAS telah menyumbangkan lebih dari 315 juta dosis vaksin secara global sambil menjanjikan total 1,2 miliar dosis. Namun beberapa ahli kesehatan mengatakan negara-negara kaya tidak berbuat cukup untuk memvaksinasi dunia dan mencegah munculnya varian baru.
Dr. Peter Hotez, dekan National School of Tropical Medicine di Baylor College of Medicine melalui Skype mengatakan, “Sampai kita melipatgandakan komitmen kita untuk memvaksinasi benua Afrika dan Asia Tenggara dan Amerika Latin, kita akan selalu menghadapi masalah ini dan itulah yang harus diprioritaskan. Dan sejauh ini, baik pemerintah AS maupun negara-negara G-7 tidak sungguh-sungguh melaksanakan komitmen itu.”
Pada hari Senin (3/1), otoritas kesehatan AS menyetujui suntikan booster Pfizer untuk anak-anak berusia 12 tahun, dengan persetujuan akhir diharapkan dalam beberapa hari mendatang. [my/jm]