Badan Intelijen Negara mengatakan aktivitas terorisme cenderung menurun, sesuatu yang disangsikan pengamat.
Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (26/3) mengatakan, aktivitas terorisme cenderung menurun baik selama masa kampanye maupun saat pemilu 9 April.
Namun, Marciano meminta seluruh elemen masyarakat untuk mewaspadai aksi kelompok bersenjata yang bertujuan mengganggu pelaksanaan pemilihan umum seperti halnya yang terjadi di Aceh.
“Menjelang pemilu, pergerakan teroris sekarang ini dia lebih kelihatan relatif sedang tiarap. Tetapi intimidasi-intimidasi yang mengarah ke ancaman-ancaman yang menggunakan senjata seperti di Aceh seperti itu tetap berlangsung,” ujarnya.
Marciano mengatakan, BIN terus jalin bekerjasama dengan kepolisian dan TNI, untuk mengungkap teror bersenjata di Aceh. BIN menurutnya sudah tahu kelompok teror bersenjata di Aceh ini.
Pengamat teroris dari Universitas Indonesia Al Chaidar menyangsikan pernyataan Kepala BIN Marciano Norman yang menyatakan kelompok teroris sedang tiarap. Menurutnya meski kelompok teroris ini tidak tertarik dengan momen pemilu, namun teror gangguan keamanan tetap akan berlangsung.
“Kelompok ini sekarang, terutama kelompok Mujahidin Indonesia Barat (MIB) dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu akan terus menerus melakukan gangguan keamanan. MIB dari kelompok Abu Omar dan Abu Roban ini misalnya, mereka akan terus melakukan serangan meski saat ini dalam keadaan lemah. Mereka sedang mempersiapkan bom dengan menggunakan tabung gas. Mereka mendapatkan perakitannya melalui majalah INSPIRE, terbitan al-Qaida. Mereka serius akan melakukan serangan,” ujarnya.
Sementara kelompok Mujahidin Timur, menurut Al Chaidar, akan melakukan serangkaian aksi teror pada Juni di Poso Sulawesi Tengah dan sekitarnya. Al Chaidar berharap, aparat keamanan tetap waspada dengan dugaan-dugaan ancaman teror bom di Indonesia saat pemilu legislatif dan pemilihan presiden 2014. Apalagi menurutnya, organisasi teroris dunia al-Qaida masih menganggap Indonesia sebagai ladang subur untuk kegiatan teror.
“Situs-situs seperti Al Mustaqbal. Kemudian juga Al Muqowamah dan sebagainya. Itu semua memperlihatkan dukungan baru Al Qaeda terhadap perjuangan yang ada di Indonesia sebagai front kedua. Mungkin saja (serangan) itu muncul sebelum atau setelah pemilu,” ujarnya.
Sebelumnya pada Jumat (21/3) Kepolisian berhasil menggagalkan pengiriman paket bom dari Surabaya menuju Makassar. Polisi menduga bom tersebut milik dari kelompok teroris pimpinan buron teroris Santoso yang bermarkas di Poso, Sulawesi Tengah.
Namun, Marciano meminta seluruh elemen masyarakat untuk mewaspadai aksi kelompok bersenjata yang bertujuan mengganggu pelaksanaan pemilihan umum seperti halnya yang terjadi di Aceh.
“Menjelang pemilu, pergerakan teroris sekarang ini dia lebih kelihatan relatif sedang tiarap. Tetapi intimidasi-intimidasi yang mengarah ke ancaman-ancaman yang menggunakan senjata seperti di Aceh seperti itu tetap berlangsung,” ujarnya.
Marciano mengatakan, BIN terus jalin bekerjasama dengan kepolisian dan TNI, untuk mengungkap teror bersenjata di Aceh. BIN menurutnya sudah tahu kelompok teror bersenjata di Aceh ini.
Pengamat teroris dari Universitas Indonesia Al Chaidar menyangsikan pernyataan Kepala BIN Marciano Norman yang menyatakan kelompok teroris sedang tiarap. Menurutnya meski kelompok teroris ini tidak tertarik dengan momen pemilu, namun teror gangguan keamanan tetap akan berlangsung.
“Kelompok ini sekarang, terutama kelompok Mujahidin Indonesia Barat (MIB) dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) itu akan terus menerus melakukan gangguan keamanan. MIB dari kelompok Abu Omar dan Abu Roban ini misalnya, mereka akan terus melakukan serangan meski saat ini dalam keadaan lemah. Mereka sedang mempersiapkan bom dengan menggunakan tabung gas. Mereka mendapatkan perakitannya melalui majalah INSPIRE, terbitan al-Qaida. Mereka serius akan melakukan serangan,” ujarnya.
Sementara kelompok Mujahidin Timur, menurut Al Chaidar, akan melakukan serangkaian aksi teror pada Juni di Poso Sulawesi Tengah dan sekitarnya. Al Chaidar berharap, aparat keamanan tetap waspada dengan dugaan-dugaan ancaman teror bom di Indonesia saat pemilu legislatif dan pemilihan presiden 2014. Apalagi menurutnya, organisasi teroris dunia al-Qaida masih menganggap Indonesia sebagai ladang subur untuk kegiatan teror.
“Situs-situs seperti Al Mustaqbal. Kemudian juga Al Muqowamah dan sebagainya. Itu semua memperlihatkan dukungan baru Al Qaeda terhadap perjuangan yang ada di Indonesia sebagai front kedua. Mungkin saja (serangan) itu muncul sebelum atau setelah pemilu,” ujarnya.
Sebelumnya pada Jumat (21/3) Kepolisian berhasil menggagalkan pengiriman paket bom dari Surabaya menuju Makassar. Polisi menduga bom tersebut milik dari kelompok teroris pimpinan buron teroris Santoso yang bermarkas di Poso, Sulawesi Tengah.