Birma yang diperintah militer telah mengadakan pemilu pertamanya dalam 20 tahun, tetapi partai-partai oposisi menuduh terjadi kecurangan meluas dan negara-negara besar mengritik pemilu itu sebagai tidak bebas dan tidak adil.
Media pemerintah Birma mengumumkan sebagian hasil pemilu beberapa jam setelah TPS-TPS ditutup hari Minggu dan menyatakan kemenangan bagi beberapa kandidat yang beraliansi dengan militer dan tidak punya saingan. Pemilu itu memilih anggota parlemen yang terdiri dari dua majelis dan 14 majelis daerah.
Laporan-laporan dari ibukota komersial Birma, Rangoon, menyatakan jumlah pemilih sedikit dan jalan-jalan lengang. Polisi antihuru-hara berpatroli di persimpangan-persimpangan jalan.
Militer Birma melarang masuk sebagian besar wartawan asing dan pemantau internasional. Pihak berwenang menahan seorang wartawan Jepang untuk AFP News di Tokyo yang menyeberang ke kota Myawaddy, Birma Tenggara, dari Thailand, untuk meliput pemilu itu.
Konstitusi Birma menjatahkan seperempat dari keseluruhan kursi parlemen nasional bagi junta militer yang telah memerintah negara itu selama hampir lima dekade. Dua partai yang beraliansi dengan militer mencalonkan mayoritas kandidat untuk tiga perempat jumlah kursi sisanya.