Menlu Clinton: Tidak Ada Konsensus Regional terhadap Suriah

  • Scott Stearns

Menlu AS Hillary Clinton memberikan pidato di Lusaka, Zambia (11/6).

Menurut Clinton, saat ini masyarakat internasional tidak mempertimbangkan tindakan militer terhadap pemerintah Suriah karena pemimpin-pemimpin regional secara diam-diam berupaya menyelesaikan krisis itu.

Menteri Clinton mengatakan masyarakat internasional prihatin dengan apa yang sedang terjadi di Suriah karena ribuan pengungsi melintas masuk ke Turki. Namun, saat ini tidak ada rencana untuk bertindak secara militer terhadap Presiden Bashar al-Assad, karena tidak seperti pemimpin Libya Moammar Khadafi, Clinton mengatakan tidak ada konsensus regional terhadap Suriah.

“Suriah, contohnya, melakukan serangan-serangan mengerikan dan memuakkan terhadap rakyatnya sendiri. Namun, kawasan itu, berupaya, diam-diam, membuat Pemerintah Suriah berhenti melakukan tindakan itu. Mereka yakin bahwa saat ini itu adalah cara terbaik yang dapat dilakukan. Jadi, kami betul-betul mengamati apa yang dikatakan negara-negara di kawasan itu,” ujar Clinton.

Menteri Clinton berbicara demikian dalam wawancara di saluran televisi Afrika 360. Dalam wawancara itu ia diminta menjelaskan bagaimana msyarakat internasional memutuskan melakukan campur tangan secara militer. Ia mengatakan operasi militer NATO yang terus berlangsung terhadap Khadafi didasarkan atas keputusan Liga Arab dan PBB.

“Kita tahu Khadafi punya kekuatan militer yang luar biasa. Jadi, ketika Liga Arab meminta PBB bertindak, itu adalah perkembangan yang sangat penting,” kata Menteri Clinton.

Menteri Clinton mengatakan tidak ada pedoman untuk membenarkan campur tangan militer, tetapi ada beberapa faktor tertentu yang harus dipertimbangkan.

“Ketika ada situasi yang berkembang di kawasan itu sendiri yang menyatakan ‘ini tidak bisa diterima’. Kita harus melakukan sesuatu. Di Pantai Gading, di mana PBB berada di sana untuk menjaga perdamaian dan sayangnya mantan Presiden Gbagbo lebih memilih berperang,” paparnya.

Menteri Clinton berada di Tanzania untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Jakaya Kikwete sebelum melawat ke Ethiopia untuk berpidato pada pertemuan Uni Afrika hari Selasa.

Petinggi-petinggi Departemen Luar Negeri Amerika yang menyertai lawatan Menteri Clinton mengatakan Libya akan banyak disoroti dalam pidatonya itu. Mereka mengakui negara-negara Afrika terpecah dalam penentangan terhadap pemerintahan Khadafi, tetapi pemerintahan Obama berbesar hati karena tiga anggota Dewan Keamanan PBB, yaitu Nigeria, Gabon, dan Afrika Selatan, menyetujui resolusi yang mensahkan kekuatan militer, dan pemimpin-pemimpin Senegal dan Mauritania sekarang juga menyerukan Khadafi agar meninggalkan kekuasaan.