FBI Tak akan Gugat Clinton dalam Kasus Email Pribadi

  • Michael Bowman

Hillary Rodham Clinton dengan ponselnya, ketika masih menjabat Menlu AS, 8 Desember 2011 (foto: dok).

Calon Presiden Partai Demokrat, Hillary Clinton, tidak akan digugat karena menggunakan operator email pribadi selama menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS pada pemerintahan Presiden Obama.

“Hal ini tidak akan terjadi”, ujar Senator Cory Booker dari negara bagian New Jersey yang tampil dalam program “State of the Union” CNN. “Menurut saya hal itu tidak mungkin terjadi”.

Intrik memuncak setelah Clinton bertemu selama lebih dari tiga jam dengan tim penyelidik FBI. Tanya jawab itu bisa jadi merupakan langkah akhir sebelum Departemen Kehakiman memutuskan apakah akan mengajukan gugatan terhadap Clinton atau justru menyatakan dirinya tidak bersalah dalam kasus email itu.

“Saya sudah siap bertemu dengan FBI sejak akhir Agustus lalu,” ujar Clinton kepada stasiun televisi MSNBC.

“Saya sangat ingin melakukan tanya jawab itu dan saya gembira bisa berkesempatan membantu Departemen Kehakiman menyimpulkan kajiannya.”

Meskipun Clinton ingin meredam kemarahan, isu itu tidak akan berlalu begitu saja, demikian tulis Donald Trump – pesaingnya dari Partai Republik lewat Twitter.

Trump mengatakan “Mustahil FBI tidak merekomendasikan gugatan kriminal terhadap Hillary Clinton. Yang dilakukannya merupakan kesalahan.”

Tetapi sekutu-sekutu Clinton berpendapat sebaliknya.

“Saya tidak khawatir tentang hal itu,” ujar senator Partai Demokrat Sherrod Brown dalam program “This Week” stasiun televisi ABC.

“Tidak akan ada gugatan hukum, dan itu berarti ia melakukan hal-hal yang juga dilakukan banyak menteri luar negeri sebelumnya.”

Meskipun Partai Demokrat mengesampingkan kemungkinan adanya gugatan hukum resmi terhadap Clinton, terungkapnya informasi bahwa ia melanggar pedoman Departemen Luar Negeri tentang komunikasi elektronik, bisa mendorong persepsi publik bahwa ia tidak terikat dengan aturan yang berlaku bagi semua orang dan tidak dapat dipercaya.

Dalam dua jajak pendapat baru-baru ini, hampir dua per tiga responden ragu akan kejujuran Clinton atau menunjukkan kekhawatiran tentang kejujurannya. Ini merupakan tantangan yang bahkan diakui Clinton sendiri.

“Banyak orang mengatakan dalam jajak pendapat bahwa mereka tidak percaya saya. Saya tidak suka mendengar hal itu. Saya memikirkan apa yang terjadi di balik hal ini,” ujar Clinton dalam kampanyenya pekan lalu.

“Saya melihat hal ini sebagai hal yang serius, sebagai seseorang yang meminta suara Anda, dan saya pribadi tahu saya harus membenahi hal ini,” tambahnya.

Partai Republik telah sejak lama berupaya membesar-besarkan apa yang mereka lihat sebagai kelemahan utama Clinton, bahkan Trump menyebut Clinton sebagai “crooked Hillary” atau lainnya menuding bahwa Clinton mendapat perlakuan istimewa.

Tanya jawab Clinton dengan FBI terjadi beberapa hari setelah memuncaknya kecaman terhadap pertemuan mantan Presiden Bill Clinton – suami Hillary – dengan Jaksa Agung Loretta Lynch, tokoh yang paling bertanggungjawab dalam penyelidikan email Hillary. Trump dan beberapa anggota Partai Republik menyebut pertemuan itu sebagai bukti bahwa Departemen Kehakiman tidak bisa melakukan penyelidikan imparsial terhadap seseorang yang telah didukung Presiden Obama sebagai penggantinya kelak.

Partai Demokrat berharap penyelidikan FBI akan selesai sebelum Konvensi Partai Demokrat akhir bulan ini. Sementara Partai Republik diperkirakan akan terus mempermasalahkan kontroversi ini hingga pemilu November nanti. [em/jm]