Delegasi Pemberdayaan Perempuan Saudi Arabia di Washington, DC

Lama al-Sulaiman salah satu dari 20 anggota dewan kota yang baru terpilih. Jeddah, Saudi Arabia. (Foto: H. Murdock/VOA).

Lina Almaeena, salah satu anggota Delegasi Saudi Arabia mengatakan wanita Saudi tidak tertindas dan dunia jangan berharap situasi di Saudi akan berubah dalam semalam. Perempuan sudah cukup diberdayakan di Arab Saudi untuk memberikan saran kepada pemerintah.

Perempuan Saudi tidak tertindas dan dunia jangan mengharapkan situasi di Arab Saudi bisa berubah dalam semalam, kata Lina Almaeena, pendiri dan CEO Jeddah United Sports Company.

Almaeena adalah bagian dari delegasi Saudi yang mengunjungi Washington, DC untuk bertemu dengan sejumlah pejabat AS. "Perempuan telah melalui transformasi di seluruh dunia, termasuk di Amerika, di mana dulu mereka tidak bisa memilih atau ikut berlari di lomba marathon Boston. Masyarakat Saudi juga sedang berkembang dan kami telah mendapat banyak kemajuan, karena sekarang perempuan adalah bagian dari Syura atau Majelis Permusyawaratan Arab Saudi. Itu tidak terpikirkan pada masa lalu. Perubahan adalah sebuah proses yang sedang terjadi di Arab Saudi," kata Almaeena kepada VOA.

Perempuan di Arab Saudi menghadapi beberapa pembatasan, termasuk tidak boleh mengemudi mobil atau pergi ke luar rumah tanpa ditemani anggota keluarga laki-laki.

Allen Keiswetter, seorang sarjana di Institut Timur Tengah di Washington, DC setuju dengan gagasan adanya perubahan yang sedang berlangsung di Arab Saudi berkaitan dengan hak-hak perempuan, tapi mengatakan perubahannya terlalu lambat.

"Perempuan harus memiliki partisipasi yang lebih besar dalam kehidupan publik dan pembatasan untuk meninggalkan rumah mereka hanya dengan laki-laki anggota keluarganya, benar-benar membatasi gerak dan partisipasi mereka," kata Keiswetter kepada VOA. Dia juga mengatakan, kesempatan untuk bersekolah di lembaga pendidikan campuran akan meningkatkan peluang perempuan untuk maju dalam bidang pendidikan dan memberdayakan mereka dalam masyarakat.

Tapi perempuan sudah cukup diberdayakan di Arab Saudi untuk memberikan saran kepada pemerintah, kata anggota parlemen, Thourayya Alarryed.

Pada tahun 2013, untuk pertama kalinya dalam sejarah negara itu, perempuan ditunjuk menjadi anggota Dewan Syura. Alarryed adalah salah satu dari 30 perempuan yang duduk dalam parlemen yang beranggotakan 150 orang.

Sebagian ahli berpikir, perdebatan tentang Arab Saudi masih terlalu berpusat pada isu-isu perempuan dan hal yang lebih penting adalah kebutuhan untuk menjalankan praktek-praktek yang tidak membatasi untuk seluruh masyarakat. [ps/ii]