Demonstrasi mewarnai pembukaan sidang Majelis Umum PBB yang diikuti oleh 194 kepala negara/pemerintahan dan pejabat tinggi lainnya, di mana ketegangan di Timur Tengah menjadi salah satu fokusnya.
Ratusan penyeranta atau pager yang digunakan oleh anggota-anggota kelompok militan Hizbullah meledak secara bersamaan pada Selasa lalu (17/9) di sebagian wilayah Lebanon dan Suriah. Associated Press melaporkan sedikitnya 39 orang tewas, termasuk dua anak-anak, dan lebih dari 3.000 orang lainnya luka-luka. Serangan canggih itu diyakini secara luas dilakukan oleh Israel.
Menanggapi serangan-serangan ini, salah seorang demonstran, Kaleem, menyalahkan Amerika, dengan mengatakan "menggunakan kekerasan tanpa konsekuensi hukuman hanya menunjukkan bahwa inti dari semua ini adalah tanggung jawab Amerika. Karena Amerika yang terus mengirimkan miliaran dolar ke Israel.”
Lebih dari 4.000 demonstrasi menuntut diakhirinya perang Israel-Hamas di Gaza telah berlangsung sejak konflik ini pecah pada 7 Oktober 2023, setelah kelompok militan Hamas menyerang bagian selatan Israel dan menewaskan 1.200 orang. Hamas juga menculik sekitar 250 orang lainnya, yang sebagian besar telah dibebaskan dalam perjanjian gencatan senjata bulan November. Seratus sandera diyakini masih ditahan Hamas.
Sementara serangan balasan Israel lewat darat dan udara telah menewaskan lebih dari 41.500 warga Palestina di Gaza, dan melukai hampir 96.000 lainnya. Delapan puluh persen warga di Gaza telah terpaksa meninggalkan rumah mereka ke tempat-tempat yang lebih aman, seringkali mereka harus pindah beberapa kali.
Menunjukkan simpati pada warga Palestina, kelompok militan Houthi di Yaman, menyerang kapal-kapal yang melintasi Laut Merah, meski sebagian kapal tidak memiliki afiliasi apapun dengan Israel. Houthi juga meluncurkan roket ke Tel Aviv pada bulan Juli lalu, yang memicu serangan balasan pada 20 Juli ke kota pelabuhan Hodeidah yang melukai 87 orang. Konflik ini kini meluas ke Lebanon. [em/jm]