Unjuk rasa mewakili berbagai kelompok menandai Konvensi Nasional Partai Demokrat di Chicago, meski relatif jauh dari tempat berlangsungnya konvensi di United Center, yang mendapat penjagaan berlapis.
Kelompok demonstran terbesar adalah berbagai kelompok pro-Palestina.
Fadya Risheq, warga Amerika keturunan Palestina asal Texas yang ikut turun ke jalan. “Tuntutan kami adalah, pertama, gencatan senjata, kemudian, kedua, embargo pengiriman senjata ke Israel, dan investasikan dana untuk rakyat Amerika,” tegasnya.
Slogan “Abandon Biden” atau “Tinggalkan Biden” yang tadinya diusung para demonstran kini beralih menjadi “Abandon Harris”, akibat mundurnya Presiden Amerika Serikat Joe Biden dari pencalonan, digantikan Wakil Presiden Kamala Harris.
Demonstran lain, Cody Urban, merasa tak banyak perbedaan antara Harris dengan Biden soal Gaza. “Ya, sikapnya seharusnya lebih tegas dalam mengutuk pembunuhan warga sipil di Gaza oleh Israel. Akan tetapi kebijakannya masih sama, tidak mengakhiri bantuan militer Amerika Serikat ke Israel,” komentarnya.
Pendapat serupa juga diungkapkan di dalam arena konvensi, termasuk oleh Roman Fritz, anggota delegasi Wisconzin, yang berusia 19 tahun.“Sesungguhnya hanya simpati yang diberikan oleh Harris. Secara politis, ia tidak begitu berbeda dari Biden. Ia hanya mengatakan dirinya lebih bersimpati, dan saya rasa itu tidak akan membuatnya memperoleh suara pemilih. Menurut saya, bagi anak-anak muda, yang mereka ingin lihat adalah gencatan senjata,” sebutnya.
Tapi delegasi lain menolak pembatasan bantuan ke Israel, salah satunya Andrew Lachman asal California. “Saya tidak yakin itu pantas dilakukan, karena, pertama, kebijakan luar negeri itu rumit. […] Rakyat Gaza terperangkap di antara Hamas dan Israel […] dan menetapkan prasyarat kepada Israel dalam menerima bantuan belum tentu membuat Hamas mau berunding,” kata Lachman.
Survei belakangan menunjukkan merosotnya dukungan warga Amerika Serikat bagi ofensif militer Israel. Survei Gallup menunjukkan bila pada awal perang Israel-Hamas sebanyak 50 persen responden mendukung serangan balasan Israel, maka pada pertengahan tahun 2024 hanya 42 persen yang mendukung.
Lebih lanjut, survei yang dirilis pertengahan Agustus lalu oleh Gen-Forward dan University of Chicago menunjukkan mayoritas kaum muda di AS mendukung gencatan senjata di Gaza, meski dukungan ini bervariasi, tergantung afiliasi politik responden. Gencatan senjata didukung sekitar 63 persen pemilih muda pendukung Partai Demokrat dan sekitar separuh pemilih muda pendukung Partai Republik.
Pada saat yang sama, dalam skala prioritas, mayoritas responden menilai isu Gaza menjadi isu yang tak terlalu menentukan dibandingkan persoalan dalam negeri, seperti inflasi dan imigrasi.
Your browser doesn’t support HTML5
Sebagian tokoh Partai Demokrat mendesak pemimpin AS mendengarkan aspirasi arus bawah soal kondisi di Gaza, termasuk Andre Carson, anggota DPR AS yang mewakili negara bagian Indiana dan seorang muslim.
“Blok pemilih Muslim itu besar. Blok pemilih keturunan Arab juga besar, cukup besar dan menonjol. Jadi partai-partai perlu mendengarkan. Partai-partai tidak seharusnya menjauhi mereka atau membuat janji-janji yang tidak masuk akal untuk kemudian diingkari begitu mereka terpilih,” kata Andre Carson.
Banyak pemilih muslim dan Arab terkonsentrasi di negara bagian yang menentukan dalam pilpres nanti, termasuk Michigan dan Minnesota. [ti/np/np/hj/aa]