Ekuador Mengaku Batasi Akses Internet Pendiri WikiLeaks

Presiden Ekuador Rafael Correa berpidato di Majelis Nasional di Quito, Ekuador. (Foto: Dok)

Pemerintahan Presiden Rafael Correa mengatakan, pihaknya bertindak atas inisiatif sendiri dan bukan karena tekanan pihak asing.

Pemerintah Ekuador mengaku Selasa (18/10), bahwa pihaknya “untuk sementara membatasi” akses internet pendiri WikiLeaks Julian Assange, yang tinggal di kedutaan negara Amerika Selatan itu di London sejak pertengahan 2012.

Sebuah pernyataan kementerian luar negeri mengatakan, sementara tetap memberlakukan keputusannya dari 2012 untuk memberi suaka kepada Assange, Ekuador tidak ikut campur dalam pemilihan di luar negeri. Pemerintahan Presiden Rafael Correa mengatakan, pihaknya bertindak atas inisiatif sendiri dan bukan karena tekanan pihak asing.

WikiLeaks dalam pesan Twitter Selasa pagi menuduh Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry meminta Ekuador menghentikan kegiatan Assange yang menerbitkan dokumen-dokumen tentang kandidat presiden AS dari Partai Demokrat Hillary Clinton.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika John Kirby secara tegas membantah tuduhan itu.

“Meskipun keprihatinan kami terhadap WikiLeaks sudah berlangsung lama, skenario dimana Menlu Kerry atau Deplu terlibat dalam menutup WikiLeaks adalah tidak benar,” kata Kirby.

“Laporan bahwa Menteri Kerry melakukan pembicaraan dengan pejabat Ekuador tentang hal ini tidak benar.”

Jika Assange diputus hubungannya dari internet untuk alasan diplomatik, mungkin ini bersumber dari politik presiden Rafael Correa. Politisi kiri itu baru-baru ini mengatakan kepada penyiar media pemerintah Rusia RT, bahwa dia lebih suka Clinton daripada Donald Trump.

“Untuk Amerika, saya ingin Hillary yang menang, yang saya kenal pribadi dan sangat hargai,” kata Correa. [jm]