Menteri Pertahanan Ethiopia mengumumkan penangkapan "para pencetus utama" demonstrasi anti-pemerintah yang mengguncang negara itu dan bersikeras bahwa patroli federal bersenjata berusaha meminimalkan kekerasan. Sejumlah kematian warga sipil dilaporkan dalam beberapa hari terakhir ini.
"Jika orang-orang ini tidak ditangkap, bayangkan berapa banyak kehancuran yang akan terjadi," kata Siraj Fegessa dalam sebuah konferensi pers, Rabu (7/3), di Addis Ababa.
Fergessa menyampaikan komentar hanya beberapa jam menjelang kedatangan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Rex Tillerson, Rabu petang di ibu kota itu. Addis Ababa adalah merupakan persinggahan pertama pada lawatan lima hari Tillerson ke lima negara sub-Sahara Afrika.
Lawatan ini untuk mendukung upaya kontraterorisme, perdamaian, perdagangan dan investasi, dan pemerintahan yang baik.
Fegessa bersikeras pemerintah Ethiopia akan menegakkan supremasi hukum tanpa mengungkapkan jumlah orang yang ditangkap atau nama-nama mereka. Ia hanya mengatakan jumlahnya kurang dari penangkapan yang dilakukan selama berlakunya undang-undang darurat mulai Oktober 2016 sampai Agustus 2017. Pada saat itu pemerintah melaporkan sekitar 16.000 penangkapan; organisasi seperti Human Rights Watch menyebut jumlahnya "puluhan ribu."
Pekan ini, kelompok pemuda bernama Qeerroo memimpin boikot selama tiga hari di wilayah Oromia yang luas di Tanduk Afrika itu, menghalangi jalan dan meminta usaha-usaha ditutup sementara ketika kelompok itu menuntut pembebasan semua tahanan politik. Boikot yang menyebar dari Addis Ababa ke kota-kota lain itu berakhir Rabu. [my/ds]