Para pejabat Palestina, Arab dan Muslim mengutuk Israel pada Jumat (8/12) setelah sejumlah foto pria Palestina yang ditahan dan ditelanjangi di Gaza beredar di media sosial.
Pejabat senior kelompok Islam Hamas, Izzat El-Reshiq, menuduh Israel "melakukan" kejahatan keji terhadap warga sipil yang tidak bersalah.
Reshiq, yang berada di pengasingan di luar negeri, mendesak organisasi hak asasi manusia (HAM) internasional untuk turun tangan guna memperlihatkan apa yang terjadi pada orang-orang tersebut. Ia juga meminta organisasi HAM membantu memastikan pembebasan mereka.
Komite Palang Merah Internasional (The International Committee of the Red Cross/ICRC) mengatakan pihaknya prihatin dengan gambar-gambar tersebut. Organisasi tersebut menegaskan semua tahanan harus diperlakukan dengan pendekatan kemanusiaan dan bermartabat sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian, yang negaranya mendukung Hamas, juga mengkritik Israel. Ia menuding Israel "barbar dalam memperlakukan tawanan dan warga negara yang tidak bersalah.”
TV Israel pada Kamis (7/12) menayangkan rekaman, yang telah diverifikasi oleh Reuters, yang disebut sebagai pasukan Hamas yang ditangkap. Mereka terlihat ditelanjangi hingga hanya mengenakan pakaian dalam dengan kepala tertunduk, duduk di jalan Kota Gaza.
“Kita berbicara tentang orang-orang yang ditangkap di Jabalia dan Shejaia (di Kota Gaza), markas Hamas dan pusat gravitasinya,” kata juru bicara pemerintah Israel, Eylon Levy, dalam sebuah pengarahan ketika ditanya tentang foto-foto tersebut.
“Kita berbicara tentang pria-pria usia militer yang ditemukan di daerah-daerah yang seharusnya dievakuasi oleh warga sipil beberapa minggu lalu.”
Militer Israel memerintahkan warga sipil untuk meninggalkan daerah-daerah tersebut. Perintah itu terkait dengan rencana Israel untuk melenyapkan Hamas di Gaza. Langkah Israel itu dilakukan sebagai balasan atas serangan Hamas kepada Israel pada 7 Oktober.
Sebuah foto menunjukkan lebih dari 20 tahanan laki-laki berlutut di trotoar atau di jalan di bawah pengawasan tentara Israel. Foto tersebut juga menggambarkan adanya puluhan sepatu dan sandal ditinggalkan di jalan. Sejumlah tahanan yang sama, juga dalam keadaan setengah telanjang, tampak dipaksa berjejal di bagian belakang truk di dekatnya.
Beberapa warga Palestina mengatakan mereka mengenali kerabat mereka dalam foto tersebut dan menyangkal bahwa mereka memiliki hubungan dengan Hamas atau kelompok lain. Beberapa, kata mereka, adalah anak laki-laki atau remaja.
Reshiq mengatakan para tahanan itu ditangkap di sebuah sekolah di Gaza yang digunakan sebagai tempat perlindungan setelah Israel melakukan pengeboman selama berminggu-minggu yang mendorong banyak warga Gaza mengungsi.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Al Safadi, berbicara pada konferensi pers menjelang pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, mengatakan dokter dan jurnalis termasuk di antara orang-orang yang ditangkap dan “dipermalukan.”
BACA JUGA: WHO: Gaza Terputus dari Makanan, Air, dan 'Semua Penyangga Kehidupan'Banding
Hamas menganggap pasukan Israel bertanggung jawab atas nyawa dan keselamatan orang-orang yang ditahan, tambah Reshiq.
“Dan kami mendesak organisasi hak asasi manusia untuk segera turun tangan mengungkap kejahatan keji terhadap warga sipil tak berdosa yang berlindung di sebuah sekolah, yang telah berubah menjadi tempat perlindungan karena agresi dan pembantaian Zionis, dan memberikan tekanan dengan segala cara untuk menjamin pembebasan mereka,” katanya.
Media berbahasa Arab yang berbasis di London, Al-Araby Al-Jadeed, mengatakan salah satu pria yang ditahan adalah korespondennya, Diaa Kahlout. Mereka mendesak komunitas internasional dan kelompok HAM untuk mengecam penangkapan jurnalis tersebut. Komite Perlindungan Jurnalis juga menyerukan pembebasannya.
Beberapa warga Palestina mengatakan tempat di mana orang-orang tersebut ditangkap adalah Kota Beit Lahia di timur laut. Israel sebelumnya telah memberikan peringatan kepada warga sipil di wilayah itu untuk segera mengungsi. Kota Beit Lahia kini sudah dikepung oleh tank-tank Israel selama berminggu-minggu. Reuters memastikan lokasinya memang Beit Lahia.
Hani Almadhoun, seorang warga AS keturunan Palestina yang tinggal di Virginia, AS, mengatakan dia melihat kerabatnya, termasuk keponakannya yang berusia 12 tahun, dalam sebuah foto. Ia memastikan kerabatnya tidak memiliki hubungan dengan Hamas atau faksi lain.
Pada Jumat (7/12), Almadhoun mengatakan kepada Reuters bahwa pasukan Israel membebaskan 12 kerabat dan mertuanya, setelah menahan dan menginterogasi mereka selama 12 jam di sebuah lokasi di Kota Beit Lahiya. Kantor media pemerintah yang dikelola Hamas juga mengonfirmasi bahwa Israel membebaskan beberapa orang yang ditahan, tetapi tidak dijelaskan berapa banyak yang masih ditahan.
“Kami sangat menekankan pentingnya memperlakukan semua orang yang ditahan secara manusiawi dan bermartabat, sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional,” kata Jessica Moussan, Penasihat Hubungan Media ICRC untuk Timur Tengah, dalam sebuah pernyataan.
Husam Zomlot, kepala Misi Palestina di London, mengatakan pada X bahwa gambar-gambar tersebut mengingatkan kita pada “beberapa bagian paling gelap dalam sejarah umat manusia.” Politisi Palestina Hanan Ashrawi mengatakan pada platform X bahwa insiden tersebut adalah "upaya terang-terangan untuk mempermalukan dan merendahkan laki-laki Palestina...ditelanjangi & dipajang seperti piala perang.” [ah/ft]