200 gerilyawan Muslim tiba di Manila hari Minggu untuk penandatanganan pakta perdamaian awal yang ditujukan untuk mengakhiri gerakan separatis di Filipina selatan.
Sekitar 200 gerilyawan Muslim tiba di ibukota Filipina pada hari Minggu untuk penandatanganan pakta perdamaian awal yang ditujukan untuk mengakhiri salah satu gerakan separatis terlama di Asia.
Pemberontakan Front Pembebasan Islam Moro selama beberapa dasawarsa ini telah menewaskan puluhan ribu orang dan menghambat pembangunan di selatan, di mana Muslim membentuk minoritas yang cukup besar.
Pemerintah dan perunding kelompok separatis itu menyepakati kerangka kerja perjanjian perdamaian pada tanggal 7 Oktober di Malaysia setelah perundingan yang sulit selama 15 tahun.
Penandatanganan perjanjian pada hari Senin akan disaksikan oleh Presiden Benigno Aquino, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan pimpinan pemberontak Al Haj Murad Ebrahim, yang akan menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di istana presiden Malacanang di Manila, di mana para pejabat sudah menyiapkan penyambutan karpet merah.
Sekitar 300 Muslim dari Manila dan provinsi-propinsi di selatan menggelar unjuk rasa di luar istana pada hari Minggu untuk mendukung kesepakatan awal, dengan berteriak “Allahu Akbar,” atau “Allah Maha Besar.” Mereka meminta lebih banyak pembangunan di wilayah Mindanao yang kaya sumber daya itu.
Pengamanan diperketat di ibukota walaupun diduga tidak akan ada kerusuhan.
Kerangka kerja itu akan menjadi peta jalan bagi perjanjian umum terkait isu penting, termasuk kekuasaan, pendapatan dan teritori bagi daerah otonomi Muslim baru yang akan disebut Bangsamoro.
Pemberontakan Front Pembebasan Islam Moro selama beberapa dasawarsa ini telah menewaskan puluhan ribu orang dan menghambat pembangunan di selatan, di mana Muslim membentuk minoritas yang cukup besar.
Pemerintah dan perunding kelompok separatis itu menyepakati kerangka kerja perjanjian perdamaian pada tanggal 7 Oktober di Malaysia setelah perundingan yang sulit selama 15 tahun.
Penandatanganan perjanjian pada hari Senin akan disaksikan oleh Presiden Benigno Aquino, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak dan pimpinan pemberontak Al Haj Murad Ebrahim, yang akan menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di istana presiden Malacanang di Manila, di mana para pejabat sudah menyiapkan penyambutan karpet merah.
Sekitar 300 Muslim dari Manila dan provinsi-propinsi di selatan menggelar unjuk rasa di luar istana pada hari Minggu untuk mendukung kesepakatan awal, dengan berteriak “Allahu Akbar,” atau “Allah Maha Besar.” Mereka meminta lebih banyak pembangunan di wilayah Mindanao yang kaya sumber daya itu.
Pengamanan diperketat di ibukota walaupun diduga tidak akan ada kerusuhan.
Kerangka kerja itu akan menjadi peta jalan bagi perjanjian umum terkait isu penting, termasuk kekuasaan, pendapatan dan teritori bagi daerah otonomi Muslim baru yang akan disebut Bangsamoro.