Lembaga ICAIOS di Aceh dan Universitas Harvard akan mengadakan konferensi global tentang posisi strategis Aceh dan kawasan Samudera Hindia.
BANDA ACEH —
Pusat Studi Internasional untuk Aceh dan Samudera Hindia (ICAIOS) di Aceh, bekerja sama dengan Harvard University, Amerika Serikat, akan mengadakan konferensi global tentang posisi strategis Aceh dan kawasan Samudera Hindia pada 8-10 Juni mendatang di Lhokseumawe.
Konferensi ini dijadwalkan akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan para pakar terkemuka dari 16 negara, membahas berbagai tema kunci terkait perubahan sosial dan pertumbuhan kawasan hingga kontribusi rekonsiliasi politik bagi perdamaian Aceh dan masa depan demokrasi di Indonesia, menurut panitia.
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Wahyuddin Albra, mengatakan Sabtu (19/5), kolaborasi pakar antara Unimal dan Universitas Harvard merupakan momentum penting yang dituangkan dalam konferensi internasional ini dan merupakan salah satu wujud kemitraan RI-AS yang cukup strategis.
“Jadi semua (hasil) riset terkait rehabilitas rekonstruksi Aceh akan dipublikasikan dan diseminarkan dalam konferensi internasional ini.Salah satunya paparan kalangan peneliti AS yang meneliti tentang manfaat sumbangan dari AS di Aceh dan sebagainya. Hadir akademisi dari Harvard AS dan dari Universitas Nasional Singapura,dari 16 negara,” ujarnya.
Rencananya hadir sebagai pembicara kunci adalah Presiden Susilo dan beberapa menteri, sementara panelis lain diantaranya Prof. Kamaruzzaman Askandar dari Universiti Sains Malaysia, Prof. Byron J. Good dari Universitas Harvard Amerika Serikat dan Prof. Dr Yusny Saby dari IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.
ICAIOS merupakan badan gabungan antara tiga universitas negeri di Aceh -- Universitas Syiah Kuala, IAIN Ar-Raniry dan Universitas Malikussaleh, serta beberapa lembaga akademis internasional, didukung oleh pemerintah Aceh dan Kementerian Riset dan Teknologi.
Konferensi yang keempat kalinya digelar tahun ini, mengambil tema “Beyond Reconstruction: Social Recovery on Post-Conflict and Post-Disaster Society,” membahas perubahan sosial politik, pemerintahan dan hukum, rekonsiliasi budaya, psikososial, gender atau keterwakilan dan partisipasi perempuan, sosial ekonomi, lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam.
Wakil Direktur Lembaga Peningkatan Sumber Daya Manusia (LPSDM) Pemerintah Aceh, Suraiya IT mengatakan, kehadiran sejumlah pakar dunia diharap member kontribusi bagi Indonesia, baik kemitraan ekonomi dan pembangunan serta untuk tujuan-tujuan peningkatan kesejahteraan sosial, demokrasi dan politik.
“Ada tindak lanjutnya yang penting, dari hasil konferensi tersebut, jangan hanya pada tingkat seminar belaka,” ujarnya.
Konferensi internasional ini juga akan membahas soal gender , keterwakilan dan partisipasi perempuan dalam pembangunan.
Suraiya mengatakan, perempuan adalah bagian penting dari pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh , turut dalam pembangunan di tanah air.
“Pembangunan Aceh ke depan perempuan harus mengambil bagian. Banyak perempuan juga mulai terlibat dan tertarik untuk terjun ke dunia politik,” ujarnya.
Konferensi ini dijadwalkan akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan para pakar terkemuka dari 16 negara, membahas berbagai tema kunci terkait perubahan sosial dan pertumbuhan kawasan hingga kontribusi rekonsiliasi politik bagi perdamaian Aceh dan masa depan demokrasi di Indonesia, menurut panitia.
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Malikussaleh, Wahyuddin Albra, mengatakan Sabtu (19/5), kolaborasi pakar antara Unimal dan Universitas Harvard merupakan momentum penting yang dituangkan dalam konferensi internasional ini dan merupakan salah satu wujud kemitraan RI-AS yang cukup strategis.
“Jadi semua (hasil) riset terkait rehabilitas rekonstruksi Aceh akan dipublikasikan dan diseminarkan dalam konferensi internasional ini.Salah satunya paparan kalangan peneliti AS yang meneliti tentang manfaat sumbangan dari AS di Aceh dan sebagainya. Hadir akademisi dari Harvard AS dan dari Universitas Nasional Singapura,dari 16 negara,” ujarnya.
Rencananya hadir sebagai pembicara kunci adalah Presiden Susilo dan beberapa menteri, sementara panelis lain diantaranya Prof. Kamaruzzaman Askandar dari Universiti Sains Malaysia, Prof. Byron J. Good dari Universitas Harvard Amerika Serikat dan Prof. Dr Yusny Saby dari IAIN Ar-Raniry Banda Aceh.
ICAIOS merupakan badan gabungan antara tiga universitas negeri di Aceh -- Universitas Syiah Kuala, IAIN Ar-Raniry dan Universitas Malikussaleh, serta beberapa lembaga akademis internasional, didukung oleh pemerintah Aceh dan Kementerian Riset dan Teknologi.
Konferensi yang keempat kalinya digelar tahun ini, mengambil tema “Beyond Reconstruction: Social Recovery on Post-Conflict and Post-Disaster Society,” membahas perubahan sosial politik, pemerintahan dan hukum, rekonsiliasi budaya, psikososial, gender atau keterwakilan dan partisipasi perempuan, sosial ekonomi, lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam.
Wakil Direktur Lembaga Peningkatan Sumber Daya Manusia (LPSDM) Pemerintah Aceh, Suraiya IT mengatakan, kehadiran sejumlah pakar dunia diharap member kontribusi bagi Indonesia, baik kemitraan ekonomi dan pembangunan serta untuk tujuan-tujuan peningkatan kesejahteraan sosial, demokrasi dan politik.
“Ada tindak lanjutnya yang penting, dari hasil konferensi tersebut, jangan hanya pada tingkat seminar belaka,” ujarnya.
Konferensi internasional ini juga akan membahas soal gender , keterwakilan dan partisipasi perempuan dalam pembangunan.
Suraiya mengatakan, perempuan adalah bagian penting dari pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh , turut dalam pembangunan di tanah air.
“Pembangunan Aceh ke depan perempuan harus mengambil bagian. Banyak perempuan juga mulai terlibat dan tertarik untuk terjun ke dunia politik,” ujarnya.