Militer Israel melancarkan serangan udara di Jalur Gaza pada Rabu (16/6) pagi, dalam apa yang disebutnya sebagai tanggapan terhadap peluncuran bom-bom balon dari wilayah Palestina.
Serangan tersebut menarget lokasi-lokasi yang terkait dengan kelompok militan Hamas dan merupakan yang pertama sejak gencatan senjata mengakhiri 11 hari kekerasan antara kedua pihak bulan lalu.
Hamas telah memperingatkan pihaknya akan mengambil tindakan jika kelompok nasionalis Israel melanjutkan rencana pawai di Yerusalem Timur pada hari Selasa (15/6).
Ratusan orang datang untuk berpawai, berkumpul sebentar di Gerbang Damaskus di Kota Tua Yerusalem sebelum berangkat ke Tembok Barat.
Beberapa di antara peserta pawai berteriak “Matilah orang-orang Arab,” sehingga mengundang teguran dari Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid yang menulis di Twitter bahwa tindakan semacam itu “memalukan” dan tidak sesuai dengan Yudaisme atau sebagai orang Israel.
Sebelum pawai, polisi mengizinkan jalur yang melalui Gerbang Damaskus, tetapi tidak lewat memasuki kawasan permukiman Muslim. Gerbang itu menjadi lokasi di mana warga Israel dan Palestina bentrok pada April dan Mei lalu.
Bentrokan itu menyebar ke kompleks Masjid al-Aqsa, lokasi yang dianggap suci oleh umat Yahudi dan Muslim.
BACA JUGA: Nasionalis Israel Rencanakan Pawai di Yerusalem TimurPada bulan Mei, ketegangan itu akhirnya mendorong Hamas meluncurkan roket ke Israel, memicu perang 11 hari yang menewaskan 250 orang Palestina dan 13 orang Israel.
Meskipun ada kekhawatiran pawai itu bersifat provokatif, membatalkannya juga dianggap sulit secara politik bagi pemerintah koalisi baru Israel, yang mencakup partai-partai dari berbagai spektrum politik, termasuk sebuah partai kecil Arab.
Israel merebut Yerusalem Timur dalam perang 1967 dan kemudian menganeksasinya dalma langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional. Israel menganggap seluruh wilayah Yerusalem sebagai ibu kotanya, sedangkan Palestina menghendaki Yerusalem Timur sebagai ibu kota negaranya pada masa mendatang. [uh/ab]