Hubungan yang retak dengan Turki dapat diperbaiki jika Ankara menghentikan "provokasi", Jerman menyatakan pada Selasa (21/7), merujuk pada anggapan Uni Eropa terkait pengeboran minyak illegal oleh Turki di Mediterania.
"Mengenai pengeboran yang dilakukan Turki di Laut Mediterania timur, posisi kami sangat jelas - hukum internasional harus dihormati. Jadi, kemajuan hubungan Turki dan Uni Eropa hanya mungkin jika Ankara menghentikan provokasinya di Laut Mediterania timur," kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas selama kunjungan ke Athena.
Heiko Maas menambahkan pengeboran Turki dari Siprus harus dihentikan.
Uni Eropa tidak senang dengan upaya pengeboran minyak dan gas secara ilegal oleh Turki di lepas pantai Siprus, serta tindakan Ankara beri dukungan pada pemerintah yang diakui PBB di Libya serta tuduhan atas pemerintah Turki yang mengikis hak dan demokrasi di dalam negerinya sendiri.
Parlemen Mesir, Senin (20/7), menyoroti suatu kemungkinan penempatan pasukan di luar perbatasannya sebagai upaya menghadapi potensi operasi militer di negara tetangga Libya, suatu langkah yang menurut Maas dapat "memperbesar" masalah.
Kekhawatiran juga mengarah pada Turki - secara nominal masih menjadi kandidat untuk bergabung dalam Uni Eropa – tindakan yang diambil di bawah Presiden Recep Tayyip Erdogan. Keputusan Erdogan yang mengubah kembali ikon Istanbul, Hagia Sophia menjadi sebuah masjid merupakan sumber pertengkaran terbaru.
Maas pada Selasa (21/7) juga menekankan "pentingnya" menjaga jalur dialog tetap terbuka dengan Turki, negara yang "penting dan strategis" berkaitan dengan NATO dan masalah migrasi.
Jerman, yang mengambil alih rotasi enam bulan kepemimpinan Dewan Eropa yang bergilir pada 1 Juli, juga memprioritaskan isu migrasi dalam agendanya.
"Kami ingin jawaban Eropa secara umum mengenai masalah migrasi," kata Menteri Jerman itu lebih lanjut. [mg/pp]