Presiden Joko Widodo menaruh harapan agar stabilitas kawasan Asia Timur tetap terjaga. Usai melakukan kunjungan kerja ke Kuala Lumpur Malaysia menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN, Presiden Jokowi di lapangan udara Halim Perdanakusuma Jakarta Senin (27/4) mengatakan, jika terwujud stabilitas kawasan Asia Timur maka akan memacu pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara.
"Ya tentu saja kita berharap kawasan ini stabil. Stabilitasnya itu ada, semuanya rukun ..ya tentu lebih baik untuk kawasan. Untuk pertumbuhan ekonomi. Sangat bagus. Nanti larinya akan kesitu. Kerjasama antar negara bagus, stabilitas kawasan bagus, infrastruktur dibangun, pertumbuhan ekonomi pasti bagus," harap Jokowi.
Presiden Jokowi optimis, Indonesia mampu memanfaatkan letak geografisnya yang ia nilai strategis sebagai penyeimbang negara-negara kawasan Asia Timur. Khususnya dalam mendorong stabilitas kawasan Asia Timur.
"Ya kalau dilihat geopolitik geo ekonomi mestinya kita bisa memanfaatkan itu," tambahnya.
Seperti diketahui dalam pertemuan negara-negara Asia Afrika lalu, dua pemimpin negara Asia, yakni Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, menjadi dua tamu spesial yang duduk mengapit Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Konferensi Asia Afrika 2015 di Jakarta Rabu (22/4). Meski China dan Jepang tengah dilanda ketegangan Laut China Timur, namun perhelatan akbar KAA ini menjadi tempat pembicaraan bilateral Xi Jinping dan Shinzo Abe.
Kondisi Asia Timur seperti diketahui kerap diwarnai beragam persoalan. Di antaranya konflik perbatasan seperti yang terjadi di Laut China Selatan dan Laut China Timur. Di Laut China Selatan, konflik terjadi antara China dan sejumlah negara ASEAN, seperti Filipina, Vietnam, dan Malaysia. Sementara, Laut China Timur konflik terjadi antara China dan Jepang.
Dalam konflik Laut China Selatan, China mengklaim 90 persen Laut China Selatan, yang diyakini kaya minyak dan gas bumi. Brunei Darussalam, Filipina, Vietnam dan Taiwan, juga mengklaim sebagian area tersebut.
Sementara itu dalam konflik Laut China Timur, muncul dari persengketaan mengenai kepulauan di Laut China Timur. Kepulauan tak berpenghuni tetapi secara strategis penting itu dikenal sebagai Diaoyu oleh China dan Senkaku oleh Jepang, serta dikuasai oleh Jepang, tetapi juga diklaim oleh China. Keputusan Tokyo untuk membeli tiga dari kepulauan itu dari pemilik swasta berkewarganegaraan Jepang pada September 2012 telah menyebabkan memuncaknya pertikaian.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana kepada VoA berpendapat dalam KAA lalu, Presiden Jokowi terlihat ingin meredakan ketegangan antara Jepang dan China.
"Kita ingin Indonesia Jepang dan China bergerak maju untuk membangkitkan semangat Asia dan juga semangat Asia Afrika. Itu yang bisa kita sampaikan dari mengapa Presiden Jokowi berjlan berdampingan dengan Presiden China dan Perdana Menteri Jepang," ujar Hikmahanto.
Ia menambahkan Indonesia berpeluang besar mendamaikan ketegangan antara Jepang dan China dalam kasus Laut China Timur.
"Kita punya peluang besar sepanjang kedaulatan kita atau wilayah hak berdaulat kita, tidak diganggu oleh negara yang akan kita tengahi," kata Hikmahanto.