Pendapat kandidat presiden dari Partai Republik dan Demokrat sangat berbeda mengenai berbagai masalah politik, namun mereka sepakat tentang perlunya Amerika berperan dalam mengalahkan kelompok teroris ISIS. Itu berarti, dalam beberapa tahun ke depan, Amerika mungkin akan berperan utama di Irak, siapapun yang memenangi pemilu November nanti.
Kenneth Pollack, cendekiawan senior kebijakan luar negeri pada Brookings mengatakan, hal yang paling penting untuk dipahami presiden mendatang dalam membentuk strategi Amerika adalah bahwa perang saudara Irak memungkinkan ISIS membuat kemajuan di negara itu. Ia mengatakan, itu sebabnya Amerika seharusnya mengatasi perselisihan sektarian yang luas antara Sunni dan Syiah.
Tantangan besar dalam mengalahkan ISIS adalah mencari cara memberi insentif populasi Sunni menolak kelompok itu, ujar Letnan Jenderal purnawirawan Michael Barbero, mantan Wakil Kepala Staf (Operasi Strategis) di Gugus Tugas Multi-Nasional Irak.
Ryan Crocker, mantan Duta Besar Amerika untuk Irak semasa pemerintahan George W. Bush, setuju.
Ketiga pakar setuju, menggiring Irak keluar dari perang saudara membutuhkan peran Amerika dalam mencapai kesepakatan baru pembagian kekuasaan yang bisa disepakati kedua faksi Syiah dan Sunni.
Ini, pada gilirannya, akan memudahkan pemerintah Abadi dan Amerika membentuk unit-unit militer yang mayoritas Sunni yang akan lebih mampu membebaskan daerah-daerah yang mayoritas penduduknya Sunni di negara itu dari cengkeraman ISIS. [ka/al]