Belgia kembali memberlakukan kebijakan lockdown – atau penghentian sebagian kegiatan dan penutupan wilayah – sebagai tanggapan terhadap melonjaknya kasus baru virus corona yang mengkhawatirkan. Pemerintah hari Rabu (24/3) mengatakan sekolah-sekolah akan kembali ditutup dan akses warga pada bisnis yang tidak penting akan dibatasi.
Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo mengatakan varian virus yang pertama kali diidentifikasi di Inggris telah berdampak besar pada kesehatan warga di Belgia karena seminggu terakhir ini kasus yang dikonfirmasi telah meningkat 40% dan jumlah orang yang dirawat di rumah sakit naik 28% setelah periode stabil yang cukup lama.
“Jelas bahwa ini merupakan keputusan yang sulit dan bagi banyak orang tampak seperti tipu muslihat. Ini sulit, sangat sulit untuk mengambi keputusan seperti ini, tetapi kita harus mengambil keputusan semacam ini karena konsekuensinya jelas lebih serius dibanding yang kita hadapi sekarang. Tapi saya yakin kita akan mampu melawan gelombang ketiga ini,” kata De Croo.
BACA JUGA: Cokelat Kelinci Paskah Bantu Dorong Program Vaksinasi COVID-19 HungariaBerdasarkan perintah baru yang diberlakukan pemerintah, mulai Senin depan (29/3) sekolah dan universitas tidak lagi melangsungkan kelas tatap muka secara langsung. Meskipun demikian taman kanak-kanak tetap buka.
De Croo menambahkan bahwa jumlah penularan terbesar kini terjadi pada usia 10-19 tahun, dan meskipun remaja menunjukkan lebih sedikit gejala, orang tua dan kakek nenek mereka dapat jatuh sakit dan dirawat di rumah sakit.
Pemerintah menargetkan akan kembali membuka kelas tatap muka pada 19 April, setelah libur Paskah.
Ada 22.763 orang yang telah meninggal akibat pandemi virus corona di Belgia, salah satu negara di Eropa yang paling terkena dampak virus itu.
Sekitar satu juta dari 11,5 juta warga Belgia telah divaksinasi dosis pertama, dan De Croo mengatakan program vaksinasi di rumah-rumah lansia terbukti berhasil mencegah kematian akibat COVID-19. [em/lt]