Pemenang pemilihan presiden Amerika pada November 2020 kini telah dilantik. Kemenangan Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris tidak terlepas dari dukungan dan sumbangan suara minoritas yang dimotori oleh para aktivis minoritas pula, termasuk dari diaspora Indonesia. Namun, di antara diaspora Indonesia juga ada yang tidak memberikan dukungan pada kemenangan pasangan Biden-Harris. Berikut alasan yang mereka berikan serta harapan dari pemerintahan mendatang.
Hari ini, Rabu, 20 Januari, 2021, Amerika Serikat mengadakan perhelatan besar di ibu kota, Washington, D.C., yang hanya berlangsung setiap empat tahun sekali. Presiden terpilih Joe Biden kini telah secara resmi menjadi presiden Amerika setelah mengambil sumpah jabatan yang dipimpin oleh Ketua Mahkamah Agung John Roberts. Demikian pula Kamala Harris, perempuan pertama, yang juga seorang warga keturunan campuran Jamaika dan India itu telah diambil sumpahnya dalam upacara yang dipimpin oleh Hakim Agung Sonia Sotomayor.
Keberhasilan pasangan Biden-Harris untuk memenangkan kursi di Gedung Putih tidak terlepas dari dukungan rakyat dari berbagai lapisan, termasuk diaspora Indonesia.
Sinta Penyami Storms adalah salah seorang aktivis diaspora Indonesia yang telah tinggal di kota Philadelphia, negara bagian Pennsylvania sejak 1999. Sinta bekerja sebagai seniman tradisional dan juga aktivis social justice serta pendiri Modero & Company, sebuah kelompok seni tari tradisional berbasis komunitas di kota itu.
Sinta mengaku sebagai pendukung berat Partai Demokrat dan aktivis pemenangan kampanye Biden-Harris.
“Tahun ini memang saya lebih ikut aktif dan giat. Saya dipilih masuk dalam Asian-American Leadership Council untuk kampanye Biden-Harris. Jadi menjelang pemilu itu ikutan aktif untuk kampanye, ikut canvassing (menggalang dukungan dari rumah ke rumah), untuk reli-reli juga untuk membantu memberikan informasi kepada komunitas untuk memilih Joe Biden dan Kamala Harris.”
Target semua kegiatan kampanye yang ditangani oleh Sinta adalah komunitas Indonesia yang di Philadelphia selatan saja berjumlah sekitar 5000 orang dan dari jumlah itu 30-an persen berhak untuk memberikan suara.
Mengenai pelantikan Biden-Harris yang berlangsung Rabu ini, Sinta mengatakan sangat gembira dan berharap Amerika akan menjadi lebih aman.
“Tentunya karena saya memang memilih Joe Biden dan Kemala Haris ya kita excited dengan pelantikan ini. Kita punya harapan yang lebih besar Amerika lebih aman, lebih inklusif, lebih menerima perbedaan di antara warga negaranya. Jadi sangat excited.”
Sinta mengatakan, tadinya dia dan para aktivis lain akan mendapat tiket untuk menghadiri acara inagurasi, tetapi karena pandemi, maka rencana itu tidak terealisasi dan para pendukung dianjurkan untuk mengikutinya secara virtual.
Terkait keadaan dan iklim politik di Amerika menyusul pemilu 3 November, Sinta menyatakan keprihatinannya.
“Memang kita semuanya senang tapi dengan kejadian minggu lalu, kita sangat kecewa dengan diserangnya Capitol Hill dan juga dengan melihat ada teman-teman dalam komunitas yang ikut protes. It’s going to be a big job untuk administrasi yang baru.”
Sinta mengatakan, negara yang kini seakan terbelah merupakan pekerjaan rumah yang besar bagi pemerintahan Biden karena, katanya, “hampir 50 persen warga Amerika memilih calon Partai Republik, Donald Trump.” Dia menambahkan pemerintahan yang baru harus bisa membuktikan bahwa mereka memenuhi janji-janji selama kampanye terutama tentang inklusivitas dan keberagaman. Untuk merangkul semua warga, dia menekankan bahwa semuanya harus dimulai dari pemimpin.
“This is going to start from the top, pesan apa yang ingin disampaikan yang akan membuat warga Amerika merasa oke, memang berarti Partai Demokrat juga memikirkan semua warganya, bukan hanya yang merah atau yang biru.”
Melvin Felixs adalah seorang dispora Indonesia berusia 29 tahun yang tinggal di kota Los Angeles, negara bagian California sejak 2006. Berbeda pandangan politik dengan Sinta Penyami Storms, Melvin berterus terang menyatakan sebagai pendukung berat Donald Trump. Tentang pilihan politik itu dia menyatakan alasannya.
“Saya pendukung beras Presiden Trump karena Trump Presiden itu dia orangnya bersih, bersikukuh.Saya suka karakternya karena dia berbicara apa adanya, dan di sini kebetulan negara di mana orang bebas berbicara. Jadi kita bisa berpendapat, dan selama itu benar kita harus mendukung dan menyatakan kalau kebenaran itu benar-benar, bukan suatu kebohongan,” ujarnya.
Atas dasar pendapatnya itu Melvin mengaku tidak takut menjadi aktivis Partai Republik walaupun mayoritas penduduk di kota dan negara bagian tempat tinggalnya adalah Demokrat. Menurut Melvin, karena kiprahnya itu dia juga mendapat cemooh dari teman-temannya.
“Saya sendiri mengalami diserang berbagai teman dan teman kerja dan dari sosial media. Ini saya tidak sangka kalau akan terjadi perpecahan antara left and right di Amerika yang selama ini belum pernah terjadi, dan ini cukup mengagetkan bahwa tiap orang punya perbedaan pendapat tapi kok ini sampai sedemikian rupa, sampai sedrastis ini, sehingga membuat satu sama lain bertentangan.”
Mengenai pertentangan dan perpecahan yang terjadi, Melvin merasa optimistis. “Memang terjadi perpecahan, tapi saya yakin kesusesan dan kebenaran itu akan menyatukan kita kembali karena kita bukan suatu bangsa yang bisa terpecahkan. Ini hanya satu perbedaan pendapat dan saya yakin dan percaya hanya waktu yang akan menjawab dan kebohongan tidak mungkin bisa tertutup sampai selama-lamanya. Suatu saat kebenaran akan terjadi dan kita semua akan menjadi satu dan sukses bisa membawa kita menjadi satu kembali.”
Kepada VOA dia terus terang mengatakan tidak berharap banyak dari pemerintahan Biden-Harris.
Your browser doesn’t support HTML5
“Terus terang kalau saya pribadi tidak menaruh pengharapan pada pemimpin yang tidak punya visi dan misi karena sejak dia maju untuk mencalonkan diri menjadi calon presiden dia tidak pernah menyampaikan visi dan misi, tetapiceritanya hanya untuk menyerang Presiden Trump dan akan membalik semua pekerjaan Presiden Trump. Menurut saya itu tidak benar.”
Melvin mengatakan bahwa tidak seperti pada 2016, pada pemilu lalu dia dan para pendukung Presiden Trump keluar dan ikut gencar berkampanye di California sehingga memberikan warna yang berbeda, yakni bukan hanya biru (Demokrat), tetapi juga merah (Republik). [lt/ab]