Pendukung Ouattara, Gbagbo Diduga Lakukan Kekerasan di Pantai Gading

  • Lisa Schlein

Tentara pendukung Ouattara mengamati mayat laki-laki yang tewas ditembak pendukung Laurent Gbagbo di Abidjan (7/4).

Pengawas HAM PBB melaporkan telah menemukan lebih dari 100 mayat sejak hari kamis di tiga kota di wilayah Pantai Gading.

Presiden Pantai Gading yang diakui masyarakat internasional, Alassane Ouattara, hari Jumat terus memblokade presiden yang berkuasa di negara itu, Laurent Gbagbo, sementara PBB meningkatkan jumlah korban tewas akibat pembantaian di Pantai Gading bagian barat.

Pengawas HAM PBB melaporkan telah menemukan lebih dari 100 mayat sejak hari kamis di tiga kota di wilayah Pantai Gading. Di Duekoe, tempat terjadinya pembunuhan massal sebelumnya, mereka menemukan 15 mayat baru, yang dipercaya sebagian besar atau seluruhnya berasal dari etnis Guerre.

Menurut penyidik, mayat-mayat itu tampaknya korban pembunuhan bermotif etnis. Sebagian korban tampaknya dibakar hidup-hidup.

Jurubicara HAM, Rupert Colville mengatakan, etnis Guerre secara tradisional adalah pendukung Laurent Gbagbo. Ia mengatakan pembunuhan terjadi ketika para pendukung Outtara menguasai wilayah Duekoue.

Tetapi, Colleville mengatakan orang harus berhati-hati menyatakan siapa yang bertanggungjawab atas pembunuhan itu. Ia mengatakan situasi itu sangat rumit.

“Selain kamp yang pro dan anti mantan presiden dan presiden sekarang ini, sudah ada ketegangan antar etnis dan dampak dari peperangan sebelumnya di Pantai Gading dan banyak masalah lokal juga, yang kemudian dihembuskan kedalam kerangka politik…Ada kenaikan atas pembunuhan yang dipicu oleh dendam dalam dua atau tiga minggu terakhir, yang bermula di pertengahan Maret," ujar Coleville.

Tim HAM juga menemukan 40 mayat dalam kota kecil, Blolequin dan 60 mayat lainnya di kota Guiglo yang berdekatan, termasuk sejumlah warga Afrika Barat.

Komisisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) mengatakan meningkatnya ketegangan antar etnis dan pembunuhan tadi mendorong ribuan pengungsi meninggalkan Pantai Gading menuju negara-negara tetangga.

Penduduk di ibukota Abidjan mengungsi untuk menghindari kekerasan yang dilakukan pasukan pendukung Ouattara dan Gbagbo.

UNHCR memperkirakan hampir 150.000 penduduk Pantai Gading sekarang ini tersebar di 12 negara Afrika Barat. Kebanyakan dari pengungsi ini ditampung di Liberia. Juru bicara PBB, Adrian Edwards mengatakan hari Rabu saja, lebih dari 4500 penduduk Pantai Gading memasuki wilayah Maryland di Liberia Tenggara.

Ia mengatakan,“Kami berbicara dengan orang-orang yang baru tiba yang terlihat lelah, lapar dan lesu setelah sampai disini dengan berbagai cara: berjalan kaki lewat semak belukar, dengan sampan menyeberangi sungai Cavally dan lewat laut. Sebagian mengatakan mereka menjumpai mayat di sepanjang jalan. Di wilayah Maryland, pegawai kami mendengar pemboman di Pantai Gading di seberang sungai Cavally”.

Edwards mengatakan pertempuran berlanjut di ibukota Abidjan. Dan ini menyebabkan bertambah banyak warga sipil mengungsi ke Ghana. Dia mengatakan 2.000 penduduk Pantai Gading telah menyeberang ke Ghana minggu lalu, sehingga jumlah pengungsi menjadi 7.200.

Dia mengatakan Ghana telah membuka kamp kedua untuk menampung pengungsi disamping kamp Ampain di dekat perbatasan.

Dalam perkembangan terakhir, pasukan Ouattara terus mengepung kompleks Kepresidenan di Abidjan hari Jumat, tempat Gbagbo bertahan dengan senjata berat dan serdadu bayaran. Gbagbo tetap menolak untuk menyerahkan kekuasaan kepada Ouattara, yang dinyatakan memenangkan pemilihan presiden bulan November.