Dengan Adanya ketegangan antara Amerika dan Iran sehubungan uji coba rudal balistik jarak menengah Iran, kelompok garis keras Iran tampak lebih berani. Mereka berharap punya kesempatan untuk memenangkan pemilu presiden pada bulan Mei atau setidaknya melemahkan kedudukan presiden Hassan Rouhani, jika dia dipilih kembali.
Pengamat mengatakan, Rouhani berharap kesepakatan nuklir dengan Barat akan memperkuat posisi politiknya. Kesepakatan itu dicapai dalam pemerintahan Presiden Barack Obama. penolakan publik atas larangan Presiden Trump terhadap warga Iran untuk masuk ke AS, yang sekarang ini ditangguhkan oleh pengadilan AS, dan tidak adanya manfaat ekonomi yang jelas bagi warga Iran, tampaknya meningkatkan prospek bagi garis keras untuk menang dalam pemilu Mei, atau paling tidak memperkuat harapan mereka, kata pengamat.
Kelompok garis keras belum memilih calon mereka, tetapi ada pembicaraan mungkin Kepala legiun asing Garda Revolusi Iran atau IRGC, Qassim Sulemani bisa menjadi calon mereka. Dia pernah memimpin intervensi militer Iran di Suriah.
Jika Sulemani ditunjuk sebagai calon, itu akan menunjukkan bahwa kelompok konservatif Iran benar-benar berharap untuk menang dalam pemilu yang akan diadakan tiga bulan lagi.
Pilihan lain kelompok garis keras adalah, Ezzatollah Zarghami, mantan pemimpin Penyiaran Republik Islam Iran, menurut Saeid Jafari, seorang wartawan Iran.
Nama Zarghami berusia 57 tahun, seorang veteran Korps Pengawal Revolusi Iran, telah dimasukkan ke daftar sanksi Uni Eropa tahun 2012 karena dianggap melakukan, "pelanggaran berat HAM" terkait peliputan penyiaran pada pemilu presiden 2009 yang hasilnya dipersengketakan. [ps/ii]