Video yang memperlihatkan sekitar 30 siswa SMP kelas 8 bilingual di Al-Azhar Medan yang tengah bermain gitar di lantai ruang kelas sambil menyanyikan lagu “All I Want” dari kelompok band Irlandia, Kodaline, mendadak viral.
Semua ini berawal dari sang guru musik, Tri Adinata, yang akrab disapa Sir Nata oleh para muridnya, yang mengunggah video tersebut di akun instagramnya @triadinata91. Hingga artikel ini ditulis, video tersebut sudah ditonton hingga hampir 200 ribu kali.
Video itu sampai ke mata para anggota Kodaline yang kemudian mengunggahnya langsung di akun resmi Twitter dan Instagram mereka. Kodaline pun melontarkan pujian atas usaha Sir Nata dalam mengajarkan lagu tersebut kepada para muridnya.
Video yang diunggah Kodaline itu disukai dan di retweet oleh warganet sebanyak 13 ribu kali.
“Ini luar biasa! Terima kasih @triadinata91 karena telah mengajarkan musik kami,” cuit Kodaline.
“Luar biasa. Senang banget sih, sampai saya terharu banget. Sampai nangis gitu ya,” cerita Sir Nata kepada VOA Indonesia.
Cuitan Kodaline ini langsung dibanjiri komentar dari para warganet.
Mengembangkan Bakat Bersama Sir Nata
Setiap minggunya, anak-anak di Al-azhar mengikuti pelajaran musik bersama Sir Nata selama dua jam. Lagu “All I Want” diajarkan sebagai salah satu materi lagu mancanegara yang juga merupakan salah satu lagu favorit Sir Nata. Menurut guru kelahiran tahun 1991 ini, Kodaline adalah salah satu band yang digemari oleh para murid di Al-Azhar Medan.
“Saya mengajarkan sama anak-anak karena makna, pesan lagunya itu juga bagus,” jelas Sir Nata.
Kelas musik di Al-Azhar Medan ini memang nampak berbeda dibandingkan kelas musik di kebanyakan sekolah di Indonesia. Jika biasanya murid SMP diajarkan instrumen pianika di kelas musik, Sir Nata gigih mengusahakan adanya perubahan, mengingat pianika juga diajarkan di sekolah dasar. Usahanya sangat didukung oleh pihak sekolah, kepala sekolah dan juga yayasan.
“Selama saya 7 tahun di Al-Azhar saya buat perubahan baru. Jadi tamat dari Al-Azhar (murid) bukan hanya bisa hafal Quran, bukan hanya bisa punya ilmu pengetahuan, tapi juga bisa bermain musik, wajib bisa main gitar,” ujar lulusan Universitas Negeri Medan jurusan seni musik ini.
Sir Nata Ternyata Sudah Sering Viral
Ini bukan pertama kalinya guru multi talenta ini viral di media. Bahkan menurut Sir Nata, ini adalah videonya yang ke-5 yang pernah mendadak viral. Videonya ketika mengiringi para muridnya memainkan lagu resmi Asian Games, “Meraih Bintang” yang aslinya dinyanyikan oleh Via Vallen juga menjadi perbincangan media dan mendapat tanggapan positif dari para musisi di Indonesia, seperti Anji Drive dan Via Vallen sendiri.
Beberapa waktu lalu ia juga pernah mengiringi 100 muridnya yang bermain gitar dan memainkan lagu “Titip Rindu Buat Ayah” milik Ebiet G. Ade yang juga menjadi viral.
Tak pernah terpikir sekali pun oleh Sir Nata untuk menjadikan video-videonya ini viral. Selain sebagai kenang-kenangan yang bisa ditonton kembali oleh para muridnya kelak nanti jika sudah dewasa, tujuan Sir Nata murni untuk membimbing anak-anak muridnya. Ketulusan hati dan semangatnya dalam mengajar terlihat dalam video-video unggahannya ini.
“Saya itu ingin membina anak-anak saya itu berilmu, tapi juga berkarakter dan berakhlak. Itu yang utama. Saya ingin mereka itu punya banyak talenta di seni. Banyak talenta tapi tetap punya akhlak yang tinggi. Jadi saya juga mengajarkan dan mentauladankan anak saya seperti itu,” ujarnya sambil terbata-bata.
Mengejar Cita-cita Menjadi Guru
Sebagai guru musik, Sir Nata tidak hanya pandai bermain gitar, tetapi juga mahir bermain piano, biola, bahkan juga menyanyi. Bakatnya dalam bermusik sudah tertanam sejak kecil, mengingat orang tuanya dulu juga anak band.
“Ayah saya dulu gitaris. Ibu saya vokalis. Jadi bertemu dan berjodoh. Jadi saya kenal musik sudah dari kecil. Kakak saya juga guru musik, sama seperti saya. Jadi dari kecil sudah diajarin main gitar, nyanyi, terus saya juga suka buat lagu,” kenang pria yang hobi traveling ini.
Namun, adalah cita-cita Sir Nata untuk menjadi seorang guru di kemudian hari.
“Karena saya ingin menciptakan generasi muda yang berprestasi dan berakhlak, berkarakter,” katanya.
Setiap harinya Sir Nata mengajar di Al-Azhar dari pukul 7 pagi hingga setengah lima sore. Ia mengaku tidak pernah menemui tantangan ketika mengajarkan musik kepada para murid yang sudah ia anggap seperti keluarga sendiri.
“Karena saya ngelakuinnya itu memang dengan sangat senang hati. Nggak ada yang merasa saya beratkan gitu di hati saya, karena saya sangat menyayangi mereka sekali,” papar Sir Nata.
Pekerjaan hariannya tidak berhenti di situ saja, ia kemudian mengajar vokal di wadah seni, Andika production. Dengan penuh kesabaran ia melatih vokal para muridnya yang bahkan belum pernah menyanyi sama sekali. Jerih payahnya seperti terbayarkan saat melihat murid-muridnya mencapai keberhasilan.
“Anak murid saya ada yang masuk The Voice Kids Indonesia. Tahun 2016 itu ada dua anak (murid) saya, Christiano di tim Agnez Mo, terus ada Efah di tim Papa Bebi. Waktu tahun 2018, Alhamdulillah semua yang dari Medan, lima-limanya itu anak (murid) saya semua yang masuk The Voice Kids,” cerita Sir Nata yang juga pernah berduet bersama muridnya, Vanisya dan Kaka Slank, di panggung the Voice Kids saat Vanisya melakukan blind audition.
Menurut Sir Nata, seorang guru tidak hanya harus memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi, tetapi juga harus punya kesabaran yang luar biasa dan tidak lupa untuk selalu memotivasi murid-muridnya.
“Anak-anak saya itu selalu awalnya pasti selalu bilang tangannya sakit, ‘Sir tangan saya sakit,’ Saya tidak pernah berhenti utk memotivasi. ‘Kamu pasti bisa. Setiap apa yang kita usahakan nak, itu pasti bisa. Hari ini kita akan merasakan bagaimana sulitnya untuk bisa bermain gitar, tapi nanti sebulan kemudian kamu akan rasakan bagaimana nikmatnya bisa bermain alat musik,’” ujar lulusan Universitas Negeri Medan jurusan seni musik ini menyemangati para murid-muridnya.
Saat ini Sir Nata tengah membimbing para muridnya untuk bersiap-siap tampil di acara wisuda sekolah, sebagai persembahan untuk orang tua mereka.
“Jadi nanti ada sekitar 400 pemain gitar. Ada sekitar 20 pemain biola. Ada sekitar 40 choir,” kata Sir Nata.
“Saya mau sesuatu yang beda, seperti konser gitu,” tambahnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Masa depan Sir Nata di Al-Azhar sebenarnya saat ini masih tanda tanya. Hal ini dikarenakan status dirinya yang baru saja lulus sebagai guru musik Pegawai Negeri Sipil yang masih belum jelas akan ditempatkan dimana.
“Kebetulan saya ini kan guru swasta. Guru honor. Sekarang saya sudah lulus PNS, tapi belum keluar SK surat mengajar dan nomor induk pegawainya belum keluar,” jelasnya.
Menjadi seorang Pegawai Negeri Sipil sebenarnya merupakan keinginan dari orang tuanya. Akan tetapi, ia merasa berat jika dirinya harus meninggalkan anak-anak didiknya dan bekerja di daerah lain. Sir Nata berharap agar ia bisa ditempatkan di Medan sebagai PNS, sehingga masih tetap bisa mengajar juga di Al-Azhar jika diizinkan.
“Saya cinta sama anak-anak (murid) saya di Al-Azhar. Saya juga kalau memikirkan itu rasanya saya nggak sanggup. Bisa nggak ya saya? Maksudnya bisa nggak saya ninggalin mereka semua yang saya cintai?” ujarnya sambil terbata-bata.
Terakhir, sebagai seorang guru, pesan Sir Nata adalah untuk terus mengejar apa yang diinginkan.
“Kalau kita mau itu pasti bisa. Intinya kita tetap bersabar, tetap berusaha meraih impian yang kita inginkan,” pungkasnya. (di)