Kudeta Beri Junta Kendali Penuh Atas Industri Batu Giok

  • Associated Press

Foto ini diambil pada 6 Juli 2020 menunjukkan sepotong batu giok yang dijual di pasar batu giok di Hpakant di negara bagian Kachin, Myanmar. (Foto: AFP)

Kudeta di Myanmar beberapa bulan lalu memberi junta militer kendali penuh atas industri batu giok yang menguntungkan negara itu, kata sebuah laporan baru, Selasa (29/6).

Menurut laporan yang dikeluarkan kelompok HAM Global Witness ini, kendali penuh tersebut memberi junta militer kekuatan finansial baru untuk memperkuat kekuasaan mereka dan mengancam ketidakstabilan baru di sepanjang perbatasannya dengan China.

Tambang batu giok, yang terletak di sekitar Hpakant di Negara Bagian Kachin yang terpencil, adalah yang terkaya di dunia.

BACA JUGA: Longsor di Tambang Batu Giok Myanmar, Sedikitnya 160 Tewas

Namun alih-alih menjadi aset, dan menggelembungkan pundi-pundi negara, industri itu telah lama menjadi sumber korupsi, kekuasaan, dan konflik, yang berpusat pada militer tetapi juga melibatkan kelompok-kelompok bersenjata lainnya.

Pemerintah sipil Aung Sa Suu Kyi berusaha membersihkan industri tersebut. Namun, menurut laporan itu, kudeta tersebut telah menyapu bersih semua usaha itu.

Sekarang, menurut laporan itu, militer -- yang juga dikenal sebagai Tatmadaw -- memiliki kendali penuh atas siapa yang boleh menambang dan siapa yang tidak.

Militer sekarang membagikan lisensi penambangan batu giok sebagai hadiah dan iming-iming untuk menopang posisi domestiknya pada saat yang kritis.

Penambang mencari batu giok di tempat pembuangan tambang di tambang batu giok Hpakant di negara bagian Kachin, Myanmar, 28 November 2015. (Foto: Reuters)

Salah satu penulis laporan, Keel Dietz mengatakan kepada Associated Press bahwa Tatmadaw "dapat memberikan lisensi untuk membeli loyalitas" dan mencoba untuk menghancurkan musuh-musuh mereka.

Kudeta itu juga mengganggu stabilitas Negara Bagian Kachin yang selalu rapuh.

Perang antara Tatmadaw dan Tentara Kemerdekaan Kachin sebetulnya masih berlangsung di beberapa wilayah negara bagian itu, tapi Hpakant selama ini sama sekali tidak terjamah. Karena begitu berharganya industri giok, kedua belah pihak sebenarnya bekerja sama untuk berbagi kekayaan, kata Global Witness.

BACA JUGA: Perdamaian Masih Jauh Bagi Pengungsi yang Terlantar di Kachin, Myanmar

Sekarang, pertempuran telah pecah bahkan di daerah pertambangan itu, dan berpotensi menimbulkan bencana di sepanjang perbatasan dengan China. Perang itu akan mengganggu kegiatan ekonomi, meningkatkan kriminalitas dan menciptakan aliran pengungsi dari negara yang sedang berjuang untuk mengendalikan virus corona itu.

Global Witness menyerukan masyarakat internasional untuk segera melarang impor semua batu giok dan batu permata yang ditambang di Myanmar sebagai bagian dari strategi untuk memotong aliran keuangan ke junta militer. [ab/my]