Perang di Suriah – di mana Israel telah meningkatkan keprihatinan akan keterlibatan Iran dan desakan untuk mempersenjatai peberontak Suriah, salah satu isu yang akan dibahas dalam lawatan Obama.
WASHINGTON DC —
Lawatan Presiden Obama ke Timur Tengah terutama adalah untuk menemukan cara mencapai perdamaian antara Israel dan Palestina. Tetapi perang di Suriah – dimana Israel telah meningkatkan keprihatinan akan keterlibatan Iran dan memuncaknya desakan untuk mempersenjatai para gerilyawan Suriah – merupakan isu-isu yang tampaknya akan dibahas dalam lawatan Obama tersebut.
Dengan pasukan Assad yang masih menguasai wilayah udara Suriah, para gerilyawan ingin Amerika memberi mereka senjata yang menurut mereka dibutuhkan untuk mengakhiri pertempuran tersebut.
Salim Iddris, salah satu anggote lasykar pembebasan Suriah mengatakan, “Ketika Amerika menolak memberi senjata, kami tidak memiliki kapasitas untuk membela keluarga kami dan pembunuhan akan terus berlanjut”.
Namun, mempersenjatai pesaing Presiden Assad menimbulkan resiko tersendiri, demikian ujar Steve Heydemann – analis di Institut Perdamaian Amerika.
“Masih terus ada keprihatinan tentang resiko politik yang ada jika kita sekarang – atau bahkan 20 tahun dari sekarang – tahu bahwa senjata-senjata yang disediakan Amerika justru memainkan peran dalam serangan atas warga Amerika sendiri,” kata Heydemann.
Israel juga prihatin tentang mempersenjatai gerilyawan Suriah.
Meskipun Suriah – di bawah kepemimpinan Bashar Al-Assad – telah menjadi sekutu Iran dan Hezbollah di Lebanon, perbatasan Israel dan Suriah selama bertahun-tahun tetap tenang.
Heydemann menambahkan, “Ada keprihatinan di Israel – misalnya soal pengiriman senjata kepada kelompok oposisi Suriah – akan mempersenjatai kelompok itu, yang pada suatu saat mereka gunakan terhadap Israel. Ada keprihatinan jika poros Irani-Suriah-Hezbollah bubar, maka Iran akan merasa lebih terancam dan cenderung mendorong program nuklirnya lebih cepat menuju kapabilitas senjata-nuklir”.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak percaya sanksi-sanksi yang dipimpin Amerika akan mengakhiri ancaman nuklir Iran. Washington tampaknya tidak memiliki pengaruh atas Presiden Mahmoud Ahmadinejad, ujar Profesor Ruth Wedgwood dari Universitas John Hopkins.
“Beberapa mungkin karena Ahmadinejad sedang berusaha meningkatkan pertumbuhan nasional karena ia sendiri – di dalam Iran – tidak terlalu disukai. Tetapi tampaknya Amerika tidak punya pengaruh apapun,” papar Wedgwood.
Juru bicara Gedung Putih – Josh Earnest - mengatakan Presiden Obama memahami keprihatinan Israel tersebut.
Ia menjelaskan, “Permukiman Israel – jika anda lihat – sedang mengalami transisi yang cukup parah dan disana terjadi krisis, merupakan hal penting bagi rakyat Israel untuk memahami bahwa rakyat Amerika bersama mereka pada saat krisis ini dan kita akan berada disana untuk melindungi dan bekerjasama dengan mereka guna memastikan keamanan”.
Semenara soal mempersenjatai gerilyawan Suriah, Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry telah mengatakan Amerika akan memberikan bantuan langsung kepada para pejuang, tetapi bukan senjata.
Gerilyawan Suriah mengatakan perang akan terus berlanjut kecuali para sekutunya mengambil langkah untuk menyamakan senjata yang diterima Presiden Assad dari Iran dan Rusia.
Dengan pasukan Assad yang masih menguasai wilayah udara Suriah, para gerilyawan ingin Amerika memberi mereka senjata yang menurut mereka dibutuhkan untuk mengakhiri pertempuran tersebut.
Salim Iddris, salah satu anggote lasykar pembebasan Suriah mengatakan, “Ketika Amerika menolak memberi senjata, kami tidak memiliki kapasitas untuk membela keluarga kami dan pembunuhan akan terus berlanjut”.
Namun, mempersenjatai pesaing Presiden Assad menimbulkan resiko tersendiri, demikian ujar Steve Heydemann – analis di Institut Perdamaian Amerika.
“Masih terus ada keprihatinan tentang resiko politik yang ada jika kita sekarang – atau bahkan 20 tahun dari sekarang – tahu bahwa senjata-senjata yang disediakan Amerika justru memainkan peran dalam serangan atas warga Amerika sendiri,” kata Heydemann.
Israel juga prihatin tentang mempersenjatai gerilyawan Suriah.
Meskipun Suriah – di bawah kepemimpinan Bashar Al-Assad – telah menjadi sekutu Iran dan Hezbollah di Lebanon, perbatasan Israel dan Suriah selama bertahun-tahun tetap tenang.
Heydemann menambahkan, “Ada keprihatinan di Israel – misalnya soal pengiriman senjata kepada kelompok oposisi Suriah – akan mempersenjatai kelompok itu, yang pada suatu saat mereka gunakan terhadap Israel. Ada keprihatinan jika poros Irani-Suriah-Hezbollah bubar, maka Iran akan merasa lebih terancam dan cenderung mendorong program nuklirnya lebih cepat menuju kapabilitas senjata-nuklir”.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak percaya sanksi-sanksi yang dipimpin Amerika akan mengakhiri ancaman nuklir Iran. Washington tampaknya tidak memiliki pengaruh atas Presiden Mahmoud Ahmadinejad, ujar Profesor Ruth Wedgwood dari Universitas John Hopkins.
“Beberapa mungkin karena Ahmadinejad sedang berusaha meningkatkan pertumbuhan nasional karena ia sendiri – di dalam Iran – tidak terlalu disukai. Tetapi tampaknya Amerika tidak punya pengaruh apapun,” papar Wedgwood.
Juru bicara Gedung Putih – Josh Earnest - mengatakan Presiden Obama memahami keprihatinan Israel tersebut.
Ia menjelaskan, “Permukiman Israel – jika anda lihat – sedang mengalami transisi yang cukup parah dan disana terjadi krisis, merupakan hal penting bagi rakyat Israel untuk memahami bahwa rakyat Amerika bersama mereka pada saat krisis ini dan kita akan berada disana untuk melindungi dan bekerjasama dengan mereka guna memastikan keamanan”.
Semenara soal mempersenjatai gerilyawan Suriah, Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry telah mengatakan Amerika akan memberikan bantuan langsung kepada para pejuang, tetapi bukan senjata.
Gerilyawan Suriah mengatakan perang akan terus berlanjut kecuali para sekutunya mengambil langkah untuk menyamakan senjata yang diterima Presiden Assad dari Iran dan Rusia.