Masjid sederhana yang berada di salah satu sudut Jakarta Pusat menjadi tempat berkumpulnya para anggota jemaah Ahmadiyah yang berada di Jakarta. Di kompleks masjid itu, juga terdapat sebuah kantor Sekertariat Jemaah Ahmadiyah Indonesia.
Pada hari raya Idul Fitri, masjid ini digunakan oleh para anggota Ahmadiyah untuk menunaikan sholat Idul Fitri.
Juru bicara jemaah Ahmadiyah Indonesia, Zafrullah Ahmad Pontoh, mengatakan tidak ada kegiatan yang terlalu berbeda antara kelompok Ahmadiyah dengan yang bukan Ahmadiyah dalam merayakan hari raya Idul Fitri.
Menurut Pontoh, setelah menunaikan sholat Ied, mereka saling bermaafan bukan hanya sesama anggota Ahmadiyah di dalam masjid itu tetapi juga dengan tetangga terdekat di sekitar masjid.
Yang berbeda, ujar Zafrullah, di masjid Ahmadiyah ini gema takbir tidak dikumandangkan ke luar masjid dengan menggunakan pengeras suara seperti yang dilakukan masjid-masjid lainnya.
Menurut Zafrullah, hal ini bukan disebabkan adanya ketakutan kelompok Ahmadiyah.
"Kita bertakbir, tapi kita tidak pakai speaker, karena kita lebih berfokus pada pribadi-pribadi takbirnya itu. Dalam masjid saja lah. Dari dulu kita begitu", demikian ungkap Zafrullah.
Kekerasan dan diskriminasi terhadap kelompok Ahmadiyah yang terus meningkat akhir-akhir ini membawa kesedihan tersendiri bagi penganut Ahmadiyah. Tidak ada ketenangan dalam menjalankan ibadah meskipun di tempatnya sendiri. Pada hari raya Idul Fitri ini, Zafrullah Ahmad Pontoh berharap tidak akan ada lagi diskriminasi dan kekerasan yang menimpa kelompok Ahmadiyah hanya karena keyakinan.
Dia juga meminta pemerintah memberikan jaminan kepada kelompok Ahmadiyah untuk bebas menjalankan keyakinan mereka.
"Kita tentu sedih terhadap saudara-saudara kami yang tidak bisa melaksanakan Ied semestinya misalnya ada yang di dalam tahanan. Tentu kita sedih mengingat mereka tidak bisa lebaran dengan keluarganya. Atau di beberapa tempat yang masjid-masjid mereka tidak bisa digunakan," ungkap Zafrullah.
Dia pun berharap agar bangsa kita bisa menjadi bangsa yang toleran dan menghargai semua orang.
Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Ma’ruf Amin, mengungkapkan tindakan kekerasan atas nama agama yang dilakukan oleh kelompok masyarakat tertentu kepada pengikut Ahmadiyah tidak boleh dilakukan.